Google
 

Kamis, 09 Juni 2005

Seribu Satu Rugi Jadi Alkoholik

Kebiasaan mengonsumsi alkohol memberikan dampak yang sangat berbahaya bagi tubuh, terutama hati (liver). Pasalnya, proses metabolisme dari alkohol yang masuk ke dalam tubuh, sebagian besar dilakukan di hati. Bila tubuh diistilahkan sebagai sebuah pabrik gula, hati merupakan mesin giling yang memproses tebu menjadi sari dan ampas tebu. Jadi, semua makanan dan minuman yang masuk ke tubuh kita, diproses oleh hati. Ia juga yang menjadi pusat distribusi darah dalam tubuh. Yang paling penting dari semuanya, hati punya fungsi untuk menetralisir racun-racun yang masuk ke tubuh. Kebayang kan, bagaimana beratnya kerja hati di tubuh kita?
Sayangnya, banyak dari kita yang tak sadar –lebih tepatnya tak peduli—kalau makanan atau yang kita konsumsi menambah berat fungsi hati. Konsumsi alkohol salah satunya. Hal itu dipaparkan Prof. dr. Agus Bagiada, Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Udayana (Unud). Alkohol akan dimetabolisme di hati dan dipecah menjadi produk-produk sampingan yang berbahaya, seperti asethaldehid dan radikal bebas.
Asethaldehid merupakan salah satu hasil metabolisme alkohol dalam hati yang justru sangat beracun bagi hati. Pada kondisi awal, asethaldehid menyebabkan terjadinya perlemakan pada hati (fatty liver). Itu karena asethaldehid berikatan secara ekuivalen dengan protein, menyebabkan penurunan amino yang penting menurunkan keracunan. Penurunan glutathione mengganggu oksidasi beta dari asam lemak sehingga asam lemak tertimbun dalam organ hati. Selanjutnya, hati akan mengalami peradangan (alcoholic hepatitis). Pada tahap akhir, hati akan mengalami pengerutan (alcoholic cirrhosis).
Kondisi terakhir inilah yang menurut Kepala Bagian Biokimia FK Unud itu, merupakan kondisi yang paling berbahaya dari semuanya. Dalam kondisi yang sudah mengerut, hati sudah tak bisa melakukan fungsi utamanya menetralisir racun. Selain itu, darah juga tak bisa lagi masuk ke dalam hati. Akibatnya, darah akan mencari jalan lain. Ada banyak jalan membahayakan yang bisa dipilih darah. Lambung bisa jadi salah satu pilihan.
Risikonya, penderitanya bisa mengalami muntah darah (hematemisis). Darah juga bisa memilih jalan menuju pembuluh darah vena di dalam rectum. Risikonya tak kalah berbahaya, yakni berak darah (melena). Jalan lain yang mungkin dipilih darah, yakni menuju oeso phagus (jalan makanan dekat tenggorokan) yang berisiko terjadi varises (pelebaran vena) di tenggorokan. Bila varises itu pecah, akan terjadi muntah darah. Varises juga bisa terjadi di daerah pusar (umbilicus), biasa diistilahkan dengan caput meduse. Alcoholic terjadi liver palm (merah kecoklatan di telapak tangan). Tanda lain dari terjadinya kerusakan hati, berupa munculnya bercak merah kecoklatan di kulit, biasa disebut spider nevi. Alkohol dalam hati juga memicu pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak DNA, protein, dan membran sel.
Tak hanya membebani organ hati, konsumsi alkohol secara berlebihan dan terus menerus juga dapat berpengaruh pada banyak organ tubuh lainnya, mulai dari otak, sistem saraf, hingga sistem reproduksi. Alkohol dapat menyebabkan penurunan daya ingat, perasaan was-was yang luar biasa, kesulitan pemecahan masalah, hingga stroke. Sistem saraf juga dapat terganggu karena sistem refleksi yang melemah. Yang tak kalah penting, alkohol juga dapat menyebabkan seseorang menjadi impoten, mandul, dan kelainan janin pada ibu hamil.
Bagiada yang beberapa tahun belakangan banyak mengamati dampak-dampak konsumsi makanan/minuman terhadap tubuh, mengaku heran dengan banyaknya anak muda yang terjerat alkohol. Dengan menkonsumsi alkohol, Bagiada mengakui akan timbul tenaga yang tidak sedikit. Contoh sederhana, satu gram alkohol bisa menghasilkan 9 kalori. Jumlah itu jauh lebih tinggi dibandingkan karbohidrat yang cuma menghasilkan 4 kalori.
”Jadi, orang minum alkohol, akan selalu merasa dia sudah kuat. Dia jadi jarang makan, makanya orangnya kurus,” tandasnya. Alkohol juga dapat memberikan reaksi eksitasi (memberi perasaan kepada saraf-saraf) yang membuat peminumnya merasa lebih berani. ”Kesadarannya akan menurun, sehingga terjadi reaksi-reaksi ngamuk, marah-marah, nggak karuan,” tambah Bagiada.
Seorang alkoholik menghadapi masalah yang tak jauh berbeda dengan pecandu rokok, putaw, shabu-shabu, dan beragam obat penyebab kecanduan lain, yakni sulit lepas. Sekali terjerat, tak mudah bagi seorang alkoholik untuk meninggalkan minuman yang menurut mereka nikmat itu. Karenanya, tak mudah melakukan penyembuhan terhadap pecandu alkohol.
Dokter Nyoman Hanati dari Bagian Psikitri Rumah Sakit Sanglah mengakui, proses terapi bagi pecandu alkohol tak jauh beda dengan terapi pecandu narkoba jenis lain. Alkoholik dengan kondisi gelisah dan kebingungan, perlu diistirahatkan dengan pemberian beragam obat. Mulai dari obat-obatan simtomatik, hingga pemberian berbagai jenis vitamin. Sebagian besar alkoholik mengalami kekurangan vitamin akibat alkohol yang dikonsumsi. Setelah kondisi fisiknya lebih stabil, barulah dilakukan terapi dan konseling. Proses ini tak dilakukan sekali. Perlu waktu yang tak pendek bagi seorang alkoholik untuk lepas sama sekali dari alkohol.
Proses penyembuhan para pecandu alhokol, tambah Hanati, tak bisa dilepaskan dari peranan lingkungan. Mulai dari keluarga, hingga lingkungan banjar tempatnya tinggal. “Keluarga harus tahu bagaimana dampak alkoholik. Kalau sudah tahu mereka rentan masalah, jangan lagi diberatkan.
Seorang alkoholik bisa disembuhkan. Tentu saja, keberhasilan penyembuhan sangat tergantung dari niat alkoholik itu sendiri untuk sembuh. [Komang Erviani / pernah dimuat di Media HIV/AIDS dan Narkoba KULKUL]