Google
 

Jumat, 29 Februari 2008

Pelanggan Speedy di Bali Kecewa

Okezone-29 Feb 2008
DENPASAR-Sekitar 6.000 pengguna layanan internet Speedy di Bali harus kecewa selama seharian kemarin. Terputusnya jaringan Speedy di seluruh Indonesia membuat fasilitas jaringan internet Speedy tidak dapat diakses dengan baik.

Kekecewaan akibat terputusnya jaringan Speedy dirasakan salah seorang pelanggan layanan milik PT. Telkom ini, I Ketut Rahmadiana. Pria yang bekerja di sebuah kantor di Renon Denpasar itu mengaku kecewa dengan sulitnya akses speedy selama seharian.

Akibat hal tersebut, laki-laki yang bekerja sebagai web desainer menjadi tidak bisa bekerja. ?Jadi nggak bisa ngapa-ngapain kalau begini. Saya jadi nggak bisa kerja,? keluh Rahma.

Humas PT. Telkom Area Bali Ketut Purwa mengakui jaringan internet Speedy mengalami masalah sejak dini hari kemarin. Hal itu menurutnya akibat terputusnya serat optik di bawah laut milik Speedy. Tak hanya di Bali, gangguan akses akibat terputusnya serat optic itu juga dirasakan seluruh pelanggan speedy di seluruh Indonesia.

Dikatakan, kerusakan hanya mengakibatkan terputusnya jaringan ke luar negeri. Dia memastikan bahwa website yang servernya berada di dalam negeri masih bisa diakses. ?Untuk internet ke luar negeri memang terganggu. Tapi kalau untuk mengakses website yang servernya ada di dalam negeri, nggak masalah,? ujar Purwa.

Purwa mengakui, ada beberapa pelanggan Speedy yang menelpon untuk menyampaikan keluhannya. Hal itu menurutnya wajar karena pelanggan berharap layanan yang terbaik. ?Kami minta maaf kepada pelanggan,? ujarnya.

Menurut Purwa, upaya perbaikan jaringan kini sedang dilakukan agar akses internet bisa segera dilakukan oleh pelanggan. ?Sekarang sedang diperbaiki. Mudah-mudahan malam ini sudah bisa,? tambahnya.

Sejak masuk Bali pada 2006 lalu, jaringan internet Speedy sudah memiliki 6.000 pelanggan di Bali. Namun daerah yang sudah tercover jaringan Speedy hanya kawasan Badung, Denpasar, dan Gianyar (Ubud dan Sukawati,red). Hingga akhir 2008 ini, Telkom menargetkan jumlah pelanggan Speedy mencapai 31.000 orang. ?Kami harap bisa cover seluruh Bali sampai akhir tahun ini,? tegasnya. (Ni Komang Erviani/Sindo/srn)

Pelanggan Speedy di Bali Kecewa

Okezone-29 Feb 2008
DENPASAR-Sekitar 6.000 pengguna layanan internet Speedy di Bali harus kecewa selama seharian kemarin. Terputusnya jaringan Speedy di seluruh Indonesia membuat fasilitas jaringan internet Speedy tidak dapat diakses dengan baik.

Kekecewaan akibat terputusnya jaringan Speedy dirasakan salah seorang pelanggan layanan milik PT. Telkom ini, I Ketut Rahmadiana. Pria yang bekerja di sebuah kantor di Renon Denpasar itu mengaku kecewa dengan sulitnya akses speedy selama seharian.

Akibat hal tersebut, laki-laki yang bekerja sebagai web desainer menjadi tidak bisa bekerja. ?Jadi nggak bisa ngapa-ngapain kalau begini. Saya jadi nggak bisa kerja,? keluh Rahma.

Humas PT. Telkom Area Bali Ketut Purwa mengakui jaringan internet Speedy mengalami masalah sejak dini hari kemarin. Hal itu menurutnya akibat terputusnya serat optik di bawah laut milik Speedy. Tak hanya di Bali, gangguan akses akibat terputusnya serat optic itu juga dirasakan seluruh pelanggan speedy di seluruh Indonesia.

Dikatakan, kerusakan hanya mengakibatkan terputusnya jaringan ke luar negeri. Dia memastikan bahwa website yang servernya berada di dalam negeri masih bisa diakses. ?Untuk internet ke luar negeri memang terganggu. Tapi kalau untuk mengakses website yang servernya ada di dalam negeri, nggak masalah,? ujar Purwa.

Purwa mengakui, ada beberapa pelanggan Speedy yang menelpon untuk menyampaikan keluhannya. Hal itu menurutnya wajar karena pelanggan berharap layanan yang terbaik. ?Kami minta maaf kepada pelanggan,? ujarnya.

Menurut Purwa, upaya perbaikan jaringan kini sedang dilakukan agar akses internet bisa segera dilakukan oleh pelanggan. ?Sekarang sedang diperbaiki. Mudah-mudahan malam ini sudah bisa,? tambahnya.

Sejak masuk Bali pada 2006 lalu, jaringan internet Speedy sudah memiliki 6.000 pelanggan di Bali. Namun daerah yang sudah tercover jaringan Speedy hanya kawasan Badung, Denpasar, dan Gianyar (Ubud dan Sukawati,red). Hingga akhir 2008 ini, Telkom menargetkan jumlah pelanggan Speedy mencapai 31.000 orang. ?Kami harap bisa cover seluruh Bali sampai akhir tahun ini,? tegasnya. (Ni Komang Erviani/Sindo/srn)

Jumat, 22 Februari 2008

Pelaku Pariwisata Bali Keluhkan Pemadaman Listrik

Okezone- 22 Februari 2008

DENPASAR - Pemadaman listrik besar-besaran yang sempat terjadi Kamis (21/2) lalu dan diperkirakan masih akan terjadi selama cuaca buruk ini, dikeluhkan sejumlah pelaku pariwisata Bali.

Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Ngurah Wijaya mengatakan, sarana listrik menurutnya merupakan bagian sangat vital bagi destinasi wisata dunia seperti Bali."Kalau tidak ada listrik, semua susah. Apalagi pariwisata," keluhnya di Denpasar, Jumat (22/2/2008).

Diakui Wijaya, kalangan perhotelan di Bali sewaktu-waktu bisa mengurangi konsumsi listriknya dengan penggunaan generator. Namun tersedianya sistem kelistrikan yang andal menurutnya jauh lebih penting. "Kalau generator dipakai nonstop, lalu mati, gimana?" ujar pemilik hotel di Sanur itu.

Meski PLN memproritaskan kawasan wisata untuk tidak dipadamkan listriknya, Wijaya justru balik mempertanyakan. "Bali secara keseluruhan adalah kawasan wisata. Jadi saya rasa tidak bijak juga kalau PLN memprioritaskan wilayah-wilayah tertentu saja," terang Wijaya.

Sekretaris Jendral Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Perry Markus juga mengeluhkan tidak andalnya sistem kelistrikan Jawa-Bali. Diakui Perry, semua hotel berbintang di Bali memiliki generator yang bisa dioperasikan ketika terjadi krisis pasokan listrik. Saat ini terdapat sebanyak 152 hotel berbintang di Bali.

Meski demikian kalangan perhotelan menurutnya tidak bisa diminta menggunakan generator secara terus menerus. Pasalnya, kemampuan generator untuk menghasilkan listrik sangat terbatas.

"Beroperasi 24 jam saja, genset sudah panas. Nggak bisa disuruh operasi terus menerus. Kalau kondisi force majeur gak masalah. Asal jangan force majeur terus terusan," keluhnya Perry.

Selain masalah kemampuan menghasilkan listrik, penggunaan generator juga menimbulkan konsekuensi pembengkakan biaya. Dikatakan, listrik dari generator menimbulkan biaya dua kali lipat lebih besar dibandingkan harga listrik PLN.

"Kalau hitung-hitungan, listrik genset jelas lebih mahal. Karena kita harus beli solar dengan harga tanpa subsidi, bayar petugas tambahan, sampai biaya pemeliharaan," tambah Perry yang juga Ketua PHRI Badung.

Hingga kini, PHRI Bali belum menghitung kerugian yang diakibatkan dari pemadaman listrik. Meski demikian, Perry berharap PLN tidak menyalahkan alam sebagai alas an krisis listrik.

"Kalau alam kan bisa diprediksi. Semua orang tahu kalau setiap Januari-Februari pasti ada hujan lebat dan cuaca buruk sampai sekarang. Ini kan musiman," tambahnya. (Ni Komang Erviani/Sindo/rhs)

Pemprov Jadikan Pilkada Bali Objek Wisata

Okezone-22 Februari 2008

DENPASAR - Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Bali yang bakal digelar 9 Juli mendatang akan dikemas secara menarik. Sehingga layak menjadi tontonan politik berbudaya bagi turis mancanegara. Tak tanggung, dana yang dianggarkan untuk kesuksesan pesta demokrasi lokal tersebut mencapai Rp69 miliar.

"Saya akan buat pilkada berbudaya, sehingga bisa jadi tontonan politik berbudaya" ujar Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Bali, Anak Agung Oka Wisnumurti saat Konsolidasi Pemantapan Pelaksanaan Pilkada Bali di Gedung Wiswa Sabha Denpasar, Jumat (22/2/2008).

Dengan demikian, diharapkan turis asing yang tengah berkunjung ke Bali tidak akan terganggu dengan gaung pilkada, malah sebaliknya merasa kagum dengan proses demokrasi di Bali.

Salah satu bentuknya adalah kampanye bersama dengan arak-arakan dokar hias dan gebyar tarian dan nyanyian, pembuatan website untuk sosialisasi, pembukaan call center untuk tempat pengaduan masyarakat, hingga kampanye pelepasan atribut kampanye pada hari akhir masa kampanye. Uniknya, KPU Bali bahkan membuat lagu yang jadi mars pilkada Bali.

Gubernur Bali Dewa Made Beratha menyatakan, dana yang dianggarkan untuk pilkada sesuai dengan pengajuan dari KPU. Pihaknya pun tidak menutup kemungkinan adanya penambahan anggaran untuk diajukan dalam APBD Perubahan di tengah tahun ini. "Mudah-mudahan cukup. Kalau kurang, ya kita akan tambahkan," tegasnya.

Pilkada Bali rencananya akan digelar pada 9 Juli mendatang. Tahapan pilkada sudah akan dimulai mulai 23 Februari ini dengan pembentukan PPS dan PPK. Pada April-Juni, mulai dilakukan penetapan daftar pemilih tetap. Jumlah pemilih potensial dalam Pilkada Bali diperkirakan mencapai 2.571.840 orang atau sekitar 79% dari jumlah penduduk Bali yang mencapai 3.527.991 orang.

Pendaftaran bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali rencananya akan dilakukan pada April 2008. Hingga kini, telah muncul dua kandidat Gubernur Bali. PDIP menjagokan mantan Kapolda Bali Made Mangku Pastika sebagai Gubernur dan Walikota Denpasar saat ini Anak Agung Puspayoga sebagai Wakil Gubernur. Sementara Partai Golkar menjagokan Ketua DPD Golkar Cok Budi Suryawan yang hingga kini belum memiliki pasangan. (Ni Komang Erviani/Sindo/kem)

Jumat, 15 Februari 2008

PLN Rugi 17 Juta dalam Tiga Hari

Cuaca buruk disertai angin kencang yang terjadi di Bali sejak beberapa hari belakangan, membuat Perusahaan Listrik Negara (PLN) kelabakan. Hanya dalam tiga hari, PT. PLN Wilayah Distribusi Bali harus menanggung rugi lebih dari Rp.17 juta akibat kerusakan jaringan.

Kerugian yang dialami PLN disebabkan karena rusaknya putusnya puluhan jaringan penyulang Penyulang merupakan sebutan untuk alat berupa sekering yang mewilayahi sekitar 10 sampai 15 gardu listrik. Kerusakan penyulang menyebabkan aliran listrik ke tempat konsumen bermasalah. Akibatnya, listrik yang sudah tersalurkan oleh PLN terbuang percuma. “Kerusakan menyebabkan listrik yang sebenarnya sudah tersalurkan. Tapi tidak sampai ke konsumen,” ujar Humas PT. PLN Wilayah Distribusi Bali, I Wayan Redika, di Denpasar kemarin.

Berdasarkan perhitungan PLN, angin kencang selama 11-13 Februari lalu telah menyebabkan 61 penyulang terputus. Listrik yang terbuang akibat kerusakan itu mencapai total 24.368 KWH. Dari jumlah tersebut, total kerugian yang diderita PLN mencapai Rp. 17.059.600.

Kerugian terbesar dialami pada 12 Februari lalu dengan rusaknya 40 penyulang dan membuang listrik sebesar 17.478 KWH. Total kerugian di tanggal tersebut mencapai Rp. 12.234.600. Sementara kerugian pada 11 dan 13 Februari masing-masing hanya Rp. 2.682.400 dan Rp. 2.140.600.

Kerusakan terparah terjadi di wilayah Bali Selatan, yakni di wilayah Badung dan Denpasar. Sementara itu, kerusakan yang lebih ringan terjadi di wilayah Bali Timur dan Bali Utara.

Kerusakan tersebut diakibatkan oleh banyaknya pohon tumbang atau dahan pohon yang patah dan diterbangkan angin. Padahal menurut Redika, pihaknya sudah berupaya memasang jaringan yang aman dari posisi pohon di sekitarnya. Lebih parah lagi, gangguan sejenis sempat terjadi beberapa kali. Hal itu diakibatkan oleh angin kencang yang terus terjadi hampir sepanjang hari.[ni komang erviani]

Organda Bali Tolak Pembatasan BBM

Organisasi angkutan darat (Organda) Bali menolak rencana pembatasan bahan bakar minyak (BBM) yang rencananya diujicobakan di wilayah Jawa dan Bali. Pembatasan tersebut dinilai mengancam usaha angkutan umum di Bali yang sedang terpuruk.

Penolakan atas rencana pembatasan BBM di Bali, disampaikan Sekretaris DPD Organda Provinsi Bali I Ketut Widi kepada SINDO di Denpasar kemarin. Pemerintah diharapkan mempertimbangkan pengecualian angkutan umum dalam kebijakan tersebut. Menurut Widi, pembatasan BBM seharusnya tidak dilakukan terhadap usaha angkutan umum. Pasalnya, angkutan umum menggunakan BBM untuk usaha yang produktif. “Kalau angkutan umum, nggak bisa dibatasi begitu. Lagipula semua usaha angkutan umum pasti membeli BBM sesuai yang diperlukan,” ujarnya.

Pembatasan BBM menurut Widi akan menimbulkan risiko bertambahnya biaya operasional angkutan umum. Bila kuota yang diberikan tidak mencukupi, usaha angkutan secara otomatis harus membeli BBM dengan harga tanpa subsidi. Kondisi tersebut akan mengancam usaha angkutan umum di Bali yang saat ini sedang terpuruk.

Penambahan biaya operasional mengharuskan angkutan umum menaikkan tarif. Namun di sisi lain, usaha angkutan umum di Bali saat ini tengah terpuruk. Hal itu terutama disebabkan minimnya minat masyarakat menggunakan jasa angkutan umum. Akibatnya, banyak armada angkutan umum di Bali yang sudah menganggur.

Kenaikan tarif dinilai hanya akan memperburuk kondisi usaha angkutan umum di Bali. Karenanya, pembatasan BBM hanya akan membuat usaha angkutan umum mengalami dilemma, antara menaikkan tariff atau merugi karena adanya tambahan biaya operasional. “Permasalahannya, kalau kita menaikkan tariff, apakah akan diterima oleh masyarakat pemakai jasa? Kalau tidak diterima, apakah ini tidak malah menurunkan animo masyarakat menggunakan angkutan umum?” Widi mengeluh.

Dijelaskan Widi, usaha angkutan umum harus berpikir seribu kali untuk menaikkan tarif angkutan umum. Pasalnya, dengan tariff yang berlaku saat ini, banyak masyarakat yang menawar hingga tariff batas bawah. “Jangankan menaikkan tarif, tarif yang sekarang saja banyak ditawar. Kalau benar-benar ada pembatasan BBM, ya tinggal tunggu hancurnya,” keluh pria asal Buleleng Bali itu.

Berdasarkan catatan PT. Pertamina Cabang Pemasaran Denpasar, konsumsi BBM di Bali mencapai rata-rata 2.200 kilo liter per hari. Jumlah tersebut terdiri atas 1.700 kilo liter premium dan 500 kilo liter solar. Secara keseluruhan, konsumsi BBM di Bali selama 2007 mencapai 477.595 kilo liter premium dan 148.050 kilo liter solar. Jumlah tersebut naik 3 % dibandingkan tahun 2006. [ni komang erviani]

Kamis, 14 Februari 2008

RUU Kepariwisataan Ditolak

Pelaku pariwisata Bali menolak rancangan Undang-Undang (RUU) Kepariwisata yang kini tengah dibahas di DPR RI. Banyak pasal-pasal dalam RUU tersebut yang dinilai sangat merugikan industri pariwisata.

Penolakan atas RUU Kepariwisataan yang akan menggantikan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tersebut, disampaikan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali dan Bali Tourism Board. Kedua lembaga yang mewadahi industri pariwisata di Bali itu menilai RUU tersebut cenderung merugikan kalangan swasta yang notabene menjadi motor penggerak kepariwisataan.

Sekjen PHRI Bali, Perry Markus menjelaskan ada sejumlah poin yang memberatkan bagi industri pariwisata. Salah satunya tentang penetapan status hotel dan restoran sebagai usaha pariwisata, bukan industri jasa. Padahal, banyak disinsentif yang didapat hotel dan restoran dengan status hanya sebagai usaha pariwisata. Ia mencontohkan, pentarifan listrik oleh PLN kepada hotel cenderung lebih mahal karena masuk dalam kategori pelanggan bisnis.

Perry berharap hotel dan restoran diakui sebagai industri pariwisata, sehingga mendapat berbagai insentif yang banyak diberikan kepada industri. “Pengertian industri ka nada sejumlah usaha yang saling menguatkan satu sama lain. Saya pikir hotel dan restoran harusnya dimasukkan dalam kategori industri jasa, bukan usaha pariwisata,” tegas Perry di Denpasar kemarin.

PHRI juga mengeluhkan pasal tentang uji sertifikasi dan klasifikasi bidang yang bakal ditarik oleh pemerintah. Menurut Perry, bila uji sertifikasi dan klasifikasi bidang dilakukan oleh pemerintah sepenuhnya, maka akan menjadi langkah mundur bagi kepariwisataan nasional. Sistem yang ada sekarang dengan sertifikasi dan klasifikasi dilakukan asosiasi, menurutnya sudah merupakan sistem terbaik. “Klasifikasi hotel sekarang sudah dilakukan PHRI. Menurut saya, ini sudah paling bagus. Pemerintah cukup membuat standarisasinya saja,” tambah pria asal Palangkaraya itu.

Pasal yang mengatur tugas pokok dan wewenang dalam RUU Kepariwisataan juga menjadi perhatian. Perry menilai RUU terlalu banyak membebankan kewajiban kepada industri pariwisata, sementara hak yang diberikan sangat minim. Contoh sederhananya berupa keharusan industri pariwisata mengasuransikan semua turisnya. Hal terkait asuransi tersebut seharusnya sudah diatur dalam UU Asuransi. “Takutnya nanti orang yang mau makan di tempat kita juga harus diasuransikan,” keluhnya.

PHRI juga mengeluhkan poin yang mengharuskan pengusaha mencegah kegiatan yang berhubungan dengan penyalahgunaan narkoba, judi, perbuatan terlarang, dan perbuatan melanggar hukum lainnya. Menurut Perry, pengusaha tidak pernah tahu apa yang terjadi di dalam kamar hotel. Beban atas pasal itu menurutnya sangat berat bagi pengusaha. “Lagipula, soal narkoba kan sudah diatur di UU Narkotika dan Psikotropika. Jadi cukup diatur di sana,” usulnya.

Penolakan atas RUU Kepariwisataan juga disampaikan Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Ngurah Wijaya. Menurut pemilik salah satu hotel di Sanur itu, UU Kepariwisataan pada dasarnya dibuat untuk semua stakeholder pariwisata nasional. Karenanya, pihaknya sangat mengharapkan UU Pariwisata yang kondusif bagi industri pariwisata. Dengan demikian, industri pariwisata akan gampang berpromosi. “RUU ini akan sangat memberatkan sekali bila benar-benar disahkan. Padahal industri pariwisata kan mengakomodasi banyak sekali tenaga kerja,” keluhnya. [ni komang erviani]

Rabu, 13 Februari 2008

Pembatasan BBM Dikeluhkan

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Wilayah Bali mengeluhkan rencana pemerintah melakukan pembatasan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Jawa dan Bali. Kebijakan yang rencananya diterapkan pada Mei mendatang itu, dinilai akan membuat perekonomian masyarakat makin terpuruk.

Ketua YLKI Bali I Nyoman Suwidjana mengatakan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi jelas akan merugikan. Apalagi bila dilakukan pada saat-saat sekarang, di mana masyarakat sedang dipusingkan dengan kenaikan harga-harga.

Menurut Suwidjana, masyarakat punya hak yang sama sebagai warga negara. Karenanya, ia tak sepakat bila pemerintah menakar jumlah pemberian subsidi atas konsumsi masyarakat terhadap BBM. Pasalnya, besar tidaknya konsumsi BBM tidak terkait langsung dengan tingkat ekonomi masyarakat, tetapi karena kebutuhan.

Semua konsumsi BBM oleh masyarakat, dipastikan untuk tujuan berproduksi. Suwidjaya yakin, masyarakat tidak akan membeli BBM bila tidak diperlukan. “Saya yakin konsumen bisa memanfaatkan BBMnya pada tingkat optimal. Kalau tidak perlu, mereka tidak akan beli. Ini jelas merugikan,” tegas Suwidjana di Denpasar kemarin.

Pemerintah menurutnya tidak bisa menganggap subsidi BBM yang selama ini diberikan sebagai untuk perorangan. Subsidi BBM justru diberikan untuk menopang perekonomian. Pembatasan BBM dinilai hanya akan membatasi ruang gerak konsumen. Diakui pemilik salah satu hotel melati di Sanur itu, ekonomi yang ditopang oleh subsidi akan sangat rapuh. Namun harga premium saat ini menurutnya masih jauh di bawah kemampuan konsumen dalam negeri.

Upaya pengurangan subsidi menurutnya belum siap dilakukan saat ini. Bila pemerintan menetapkan harga BBM internasional, masyarakat akan terpuruh. “Kalau mengenakan harga internasional sekarang, konsumen akan sakit sekali. Bisa mandek perekonomian. Daya beli masyarakat akan mandek. Industri pun akan kehilangan kesempatan untuk berproduksi, karena produknya tidak laku,” ujarnya.

Bila teknik pembatasan BBM benar-benar dilakukan, Suwidjana melihat akan terjadi kenaikan harga harga yang memicu melambungnya inflasi. “Akhirnya akan kembali pada kotak pertama, kemelaratan. Ada barangjnya tapi gak terjangkau oleh masyarakat. Pabrik tidak bisa produksi. Subsidi memang tidak baik, tapi saat ini lebih dibandingkan tidak,” tambahnya.

Pengurangan subsidi menrutnya paling tepat dilakukan bila perekonomian nasional benar-benar terjamin. Indikatornya berupa peningkatan produktivitas SDM, peningkatan pendidikan, serta kemampuan masyarakat yang menciptakan lapangan kerja sendiri.

Sementara itu, PT. Pertamina Cabang Pemasaran Denpasar hingga kemarin belum mendapat petunjuk pelaksana (juklak) untuk implementasi pembatasan BBM di Bali. Menurut Wira Penjualan Retail Rayon IX Pertamina Denpasar Putut Andrianto, pihaknya belum tahu persis bagaimana penerapan pembatasan BBM tersebut nantinya. “Kita belum tahu persis nanti teknisnya seperti apa,” ujarnya.

Selama ini, konsumsi BBM di Bali mencapai rata-rata 2.200 kilo liter per hari, terdiri dari 1.700 kilo liter premium dan 500 kilo liter solar. Secara keseluruhan, konsumsi BBM di Bali selama 2007 mencapai 477.595 kilo liter premium dan 148.050 kilo liter solar. Jumlah tersebut naik 3 % dibandingkan tahun 2006. Sementara jumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) seluruh Bali mencapai 130 unit. “Pembatasan BBM akan diterapkan di seluruh SPBU yang ada di Bali,” ujarnya. [ni komang erviani]

Selasa, 12 Februari 2008

Kriminal Warga Asing Rusak Citra Pariwisata

Pelaku pariwisata menyayangkan maraknya aksi kriminal terhadap warga asing di Bali belakangan ini, karena berpotensi merusak citra pariwisata Bali. Pihak kepolisian diharapkan bertindak cepat dalam kasus kriminalisasi warga asing.

Aksi kriminal terhadap warga asing yang belakangan makin marak di Bali, mengundang prihatin Kepala Dinas Pariwisata Bali I Gede Nurjaya. Apalagi, aksi-aksi kriminal tersebut banyak terjadi ketika Bali baru saja mendapat penghargaan sebagai destinasi eksotik dunia dari majalah Travel and Leisure, sebuah majalah paiwisata berkelas dunia. Penghargaan tersebut diterima Bali pada 18 Januari lalu. “Ini sangat memprihatinkan. Di satu sisi, kita sedang bahagia karena baru terima award, di sisi lain ada kejadian seperti ini,” ujarnya di Denpasar kemarin.

Di samping ada kebanggaan, menurut Nurjaya, pariwisata Bali kini juga menghadapi tantangan berat terkait ketertiban, keamanan, dan kenyamanan wisatawan. Kasus kriminal terhadap warga asing dipastikan akan berpengaruh pada pariwisata Bali bila aparat kepolisian tidak bertindak cepat.

Menurut Nurjaya, maraknya kasus criminal berpotensi merusak citra pariwisata Bali di dunia internasional. Karenanya, kasus yang ada harus disikapi dengan cepat. “Dan kita berharap polisi cepat temukan pelaku aksi-aksi kejahatan itu,” tegas pria asal Buleleng itu.

Dikatakan, aksi-aksi kriminal terhadap warga negara asing sebenarnya juga banyak terjadi di sejumlah destinasi pariwisata lainnya di dunia. Hanya saja, pemberitaannya tidak sampai ke luar. “Kejadian begini sebenarnya sering terjadi di mana-mana. Hanya saja, pemberitaannya tidak sampai ke negara kita,” tambah Nurjaya.

Di samping polisi, Nurjaya juga mengingatkan pentingnya peranan seluruh masyarakat dalam menjaga keamanan Bali. “Pengamanan kan bukan hanya tugas polisi. Semua pihak ikut menjaga keamanan, termasuk wisatawan yang datang ke Bali,” tandasnya.

Nurjaya menegaskan bahwa sistem keamanan pariwisata Bali sudah diupayakan semaksimal mungkin. Salah satunya dengan program sertifikasi keamanan di hotel-hotel di Bali. Namun ia mengingatkan bahwa perlu ada kesinambungan pengamanan oleh semua pihak. “Kalau tidak dijaga, kasus seperti ini akan bertambah terus. Harus ada sikap proaktif dari seluruh masyarakat. Keamanan itu kan kebutuhan semua pihak, tidak hanya wisatawan,”ujar dia.

Untuk mengurangi dampak negatif dari kasus-kasu criminal terhadap warga asing, Nurjaya mengaku berupaya memberi dorongan psikis kepada korban atau keluarga korban. Hal itu dilakukan selain untuk membantu menguatkan psikis korban atau keluarganya, juga untuk memberi kesan positif atas pariwisata Bali.

Secara terpisah, Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Ngurah Wijaya menegaskan pentingnya peningkatan keamanan di fasilitas-fasilitas akomodasi seperti hotel, villa atau bungalow. Namun senada dengan Nurjaya, Wijaya juga mengingatkan bahwa keamanan tidak melulu hanya tugas aparat. “Tapi kiranya bukan hanya aparat, tapi masyarakat juga harus tingkatkan keamanan. Karena Bali sudah jadi destinasi dunia,” tegasnya.

Aksi kriminal yang menyasar warga negara asing belakangan makin marak di Bali. Terakhir, kasus pembunuhan menimpa seorang warga negara Australia bernama Heidi Murphy, 10 Feb. Perempuan 35 tahun itu ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di penginapan yang disewanya, Vila Mekar Sari, Kuta Utara, Badung. Sebelumnya, pada 9 Feb, aksi perampokan dan pembacokan menimpa warna negara Flipina bernama Fransisco Eli Zalden yang menginap di Villa Mebeline. Beruntung, Zalden selamat. [ni komang erviani]

Senin, 04 Februari 2008

Impor Cina Macet, Stok Pernik Imlek Merosot

Pernak-pernik Imlek diserbu warga keturunan Tionghoa di Denpasar Bali. Sayang, stok pernak-pernik yang tersedia jauh merosot dibandingkan Imlek tahun lalu. Para pedagang mengaku kesulitan mendatangkan produk asal Cina.

Imlek tahun ini tidak cukup menguntungkan bagi para pedagang pernak pernik Imlek. Di tengah tingginya permintaan, para pedagang justru kesulitan mendatangkan produk asal Cina. Padahal sebagian besar pernak-pernik Imlek merupakan produk impor dari Cina.

Gara-gara tak ada produk Cina, stok yang tersedia di toko-toko penjualan pernak pernik imlek menjadi sangat terbatas. Hal itu dialami oleh hampir semua tokoh pernak-pernik Imlek yang ada di Denpasar. Akibatnya, omset penjualan yang bisa didapat pada Imlek tahun ini pun jauh merosot dibandingkan tahun lalu.

Salah satu toko pernak-pernik Imlek di Jalan Kartini Denpasar, Toko Usaha Baru, termasuk salah satu yang merasakan dampak macetnya impor produk Cina, Menurut pemiliknya Indra, omset penjualan pada Imlek tahun ini turun sekitar 20% dibandingkan tahun lalu. Nenek lima cucu itu mengeluhkan minimnya produk Cina sebagai salah satu penyebab penurunan omset tahun ini. “Omset memang naik dibandingkan hari biasa. Tapi kalau dibandingkan Imlek tahun lalu, turun,” ujarnya.

Dijelaskan Indra, pernak-pernik yang dijualnya tahun ini hanyalah sisa stok pada Imlek tahun lalu. Padahal biasanya ia khusus mendatangkan barang asal Cina dari Jakarta atau Surabaya, khusus untuk mengantisipasi lonjakan permintaan pada saat Imlek. Barang asal Cina umumnya berupa lampion, patung, hingga pernak-pernik lainnya. “Sekarang saya cuma jual stok lama aja. Semuanya sisa jualan tahun lalu,” ujar ibu lima anak itu.

Menurut Indra, pihaknya sudah beberapa kali mencoba mengorder produk Cina dari Jakarta atau Surabaya. “Tapi di Jakarta stoknya juga tipis. Jadi sulit sekali cari dagangan,” ujarnya. Minimnya stok diperkirakan merupakan dampak dari aksi pencabutan dan pelarangan impor produk Cina ke Indonesia tahun lalu. Pelarangan impor akibat beberapa produk Cina diduga mengandung formalin itu, diduga mengimbas pada sulitnya melakukan impor produk-produk Cina lainnya.

Minimnya stok pernak-pernik impor juga diakui pedagang lainnya di kawasan Jalan Raya Sesetan Denpasar, Winasih.Menurutnya, ia sama sekali tidak mendapat pasokan barang dari Jakarta. Selain karena pasokan yang menipis, Winarsih menduga banjir di Jakarta juga membuat barang yang dipesannya tidak dapat dikirim. “Mungkin juga karena banjir di Jakarta. Tapi memang agak sulit cari barang sekarang,” ujarnya.

Akibat tidak punya banyak stok, Winarsih terpaksa hanya menjual beberapa pernak-pernik imlek buatan lokal. “Terpaksa jual buatan sini. Memang barangnya nggak jelek, tapi kalau barang lokal, kita nggak bisa cari banyak karena mereka buatnya dalam jumlah kecil,” keluhnya.

Dampak pelarangan impor permen Cina karena diduga mengandung formalin, diakui Winarsih, paling terasa. Pasalnya, para konsumen umumnya mempertanyakan permen-permen rasa buah yang biasanya sangat digemari untuk Imlek. Hal itu membuat sejumlah pedagang memilih menjual permen-permen produksi dalam negeri. “Tapi nggak banyak yang mau beli permen biasa. Dulu kalau kita jual permen buah dari Cina, pembelinya banyak sekali,” tegasnya. [ni komang erviani]

Pengusaha Bali Akan Berinvestasi Bareng

Ratusan pengusaha Bali berencana membangun investasi bersama. Pasalnya, banyak dana-dana pengusaha Bali yang belum dimanfaatkan secara produktif. Investasi bersama diharapkan memperkuat sendi-sendi perekonomian Bali.

Rencana investasi bersama tersebut disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bali, I Gde Wiratha, di Denpasar kemarin. Menurut Wiratha, investasi bersama penting dilakukan untuk memanfaatkan dana-dana milik pengusaha Bali yang tidak produktif.

Pemilik Paddy’s Pub yang sempat jadi sasaran teroris tahun 2002 lalu itu mengakui, banyak pengusaha Bali yang belum mampu mengolah dana-dananya ke dalam investasi produktif. Akibatnya, banyak dana-dana menganggur yang dimiliki pengusaha Bali.

Investasi bersama diharapkan mampu memperkuat ikatan antar pengusaha Bali. Investasi tersebut juga diharapkan makin membuka lebar lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja di Bali. “Saya yakin, kalau semua pengusaha Bali mau melakukan ini, kekuatan ekonomi Bali yang kita kehendaki, bukan jadi hal yang muluk-muluk lagi,” tegasnya yakin.

Namun Wiratha belum menjelaskan bentuk riil dari investasi bersama itu. Rencana investasi bersama itu akan dibahas kembali secara konkrit dalam Silaturahmi Saudagar Nusantara yang bakal digelar di Denpasar Bali pada 17-19 Februari mendatang. Sekitar 500 orang pengusaha dari berbagai daerah di Bali diperkirakan hadir dalam pertemuan tersebut. Dalam pertemuan itu, pengusaha Bali akan melakukan pertemuan khusus untuk membahas secara konkrit bentuk invetasi yang akan dibangun.

Rencana investasi bersama tersebut juga disambut positif Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Bali, Panudiana Kuhn. Menurut Kuhn, investasi bersama merupakan salah satu solusi bagi pengusaha Bali di tengah makin ketatnya persaingan bisnis belakangan ini. Dengan menanam modal secara bersama-sama, ia optimis pengusaha Bali akan menjadi lebih bertahan di tengah serbuan penanaman modal asing.

Investasi bersama juga diharapkan mampu memperkuat sendi-sendi perekonomian masyarakat Bali. Dikatakan, investasi bersama dapat dilakukan pada bidang-bidang penting yang menyangkut pengembangan ekonomi Bali.

Ia mencontohkan, investasi bersama bisa dilakukan dalam perluasan Bandara Internasional Ngurah Rai. Menurut Kuhn, landasan bandara saat ini tidak memadai untuk pendaratan pesawat berukuran besar. Bila tidak ada upaya perpanjangan landasan, ia khawatir kunjungan wisatawan ke Bali akan menurun. “Apalagi Lombok sekarang sudah punya bandara sendiri. Kalau kita nggak punya, bisa-bisa wisatawan lebih memilih ke Lombok daripada ke Bali,” tegasnya.

Ketua panitia acara silaturahmi saudagar nusantara Jro Gde Karang Tangkid Suarshana berharap investasi bersama tersebut benar-benar terwujud pada acara yang dibuatnya. Investasi bersama yang akan dibangun melalui Bali Funds itu diharapkan mampu memperkuat daya saing pengusaha Bali di persaingan internasional. “Kami berharap pertemuan nanti bisa dimanfaatkan oleh para pengusaha Bali,” harap pemilik hotel berbintang di kawasan Pecatu Badung Bali itu. [ni komang erviani]

Imlek Gairahkan Usaha Angkutan Wisata

Libur tahun baru imlek tahun ini benar-benar menggairahkan industri pariwisata Bali. Tak hanya hotel, usaha angkutan wisata pun ikut bergairah. Selama libur Imlek,. permintaan atas jasa angkutan wisata naik 50% dibandingkan hari biasa.

Kenaikan permintaan atas angkutan wisata, diakui Ketua Persatuan Angkutan Wisata Bali (Pawiba) Bagus Soediana di Denpasar, kemarin. Menurut Soediana, permintaan atas jasa angkutan wisata naik hingga 50% jika dibandingkan dengan hari-hari biasa. “Kalau dari semua anggota Pawiba, kenaikannya rata-rata sekitar 50%,” terang Soediana.

Berdasarkan catatan Pawiba, saat ini ada sedikitnya 2.500 armada kendaraan sewa yang beroperasi secara resmi di Bali. Terdiri atas kendaraan biasa, mini bus, hingga bus berukuran besar.Dari keseluruhan armada, lebih dari separuhnya diperkirakan bakal beroperasi pada libur Imlek.

Tingginya permintaan atas angkutan wisata tak terlepas dari tingginya kunjungan wisatawan asal Cina yang memilih merayakan imlek di Bali. Menurut Soediana, peningkatan jumlah permintaan jasa angkutan wisata sudah mulai terjadi sejak Senin hari ini. Hal tersebut sesuai dengan jadwal kedatangan wisatawan asal Cina yang rata-rata datang mulai hari ini.

Selain wisatawan Cina, Soediana memperkirakan usaha angkutan wisata juga akan digairahkan oleh wisatawan domestik. Diakui, hingga kini belum banyak booking yang diterima dari wisatawan domestik. Namun ia optimis kunjungan wisatawan domestik akan membludak mulai libur Imlek hingga akhir pekan ini. “Wisatawan domestik biasanya nggak booking. Mereka biasanya datang tiba-tiba, lalu sewa kendaraan,” ujar Soediana yakin.

Ditanya tariff, Soediana mengakui ada banyak variasi tariff kendaraan sewa di Bali. Namun untuk layanan full day tour rata-rata dikenakan biaya Rp. 800 ribu per kendaraan. Sementara untuk half day tour, atau perjalanan wisata setengah hari, dikenakan biaya Rp. 500 ribu per satu kendaraan.

Soediana mengaku bersyukur dengan banyaknya wisatawan ke Bali pada Imlek tahun ini. Setidaknya, hal itu menjadi pertanda baik bagi pelaku industri pariwisata di Bali. Apalagi pada Konvensi PBB Menentang Korupsi yang berakhir 1 Februari lalu, jasa angkutan wisata banyak digunakan. “Pada saat UNCAC, ada 40 armada kendaraan sewa yang dipakai. Ini sangat membantu pengusaha angkutan wisata,” ujarnya.

Pengusaha angkutan wisata lainnya, Yus Suhartana, juga mengakui adanya peningkatan permintaan armada kendaraan sewa pada Imlek tahun ini. Bahkan Yus mengaku mengalami kenaikan hingga sekitar 60% dibandingkan hari biasa. Pengusaha yang banyak menggarap pasar wisatawan Cina itu berharap citra pariwisata Bali makin baik di mata dunia internasional. Dengan begitu, tidak ada lagi wisatawan yang ragu datang ke Bali. “Semoga nggak cuma Imlek. Semoga setiap momen, wisatawan memilih berlibur ke Bali,” harapnya. [ni komang erviani]