Google
 

Rabu, 09 Agustus 2006

Menanti Aksi Para Putri

Para finalis Putri Bali berkomitmen untuk kampanye HIV/AIDS. Agar ketenaran bisa dimanfaatkan untuk memberi kesadaran.

“Serem. Belum ada obatnya dan menjadi gejala sosial di masyarakat,” begitu Cista, spontan mengungkap hal yang terlintas di benaknya tentang HIV/AIDS. Beda dengan Astri. Perempuan yang dinobatkan sebagai Putri Bali 2006 pada awal Juli lalu itu justru teringat pada film Philadelphia di mana aktor favoritnya Tom Hanks berperan sebagai gay yang terinfeksi HIV/AIDS dan didiskriminasi oleh lingkungannya.

“Lalu, bagaimana penularannya?” Danny Yatim, Media and Communication Adviser Indonesia HIV/AIDS Prevention and Care Project (IHPCP), menyambung pertanyaannya. Cista unjuk tangan. “Bisa melalui pengguna jarum suntik yang tertular virus, hubungan seks dengan orang yang terjangkit HIV, transfusi darah yang sudah terjangkit HIV,” jawabnya yakin. Danny kaget sekaligus senang. “Wah, kelihatannya saya sudah tidak perlu bicara di depan, karena semua kelihatannya sudah pintar-pintar,” sambung Danny, disambut tawa.

Astri, Cista, dan beberapa temannya sesama finalis pemilihan Putri Bali 2006, memang terlihat bersemangat dalam Pelatihan HIV/AIDS di Kuta, awal Juli lalu. Meski sebagian besar dari mereka memulai dengan pengetahuan HIV/AIDS yang sangat minim, toh respon atas pertanyaan-pertanyaan Danny, tak mengecewakan. “Tadi soal-soalnya sulit. Kayaknya banyak salah,” ujar Cista tentang pre test yang dijalani sebelum pelatihan dimulai. Ada 23 soal yang harus dijawab peserta sebelum memulai pelatihan. Semuanya seputar HIV/AIDS. Tujuannya, untuk mengetahui berapa banyak informasi HIV/AIDS yang dimiliki.

Bukan cuma Cista yang kesulitan menjawab soal-soal itu. Beberapa finalis lain juga mengaku tak yakin dengan jawaban mereka. Hasilnya bisa ditebak. Maksimal jawaban benar hanya 17 soal. Bahkan ada yang hanya mampu menjawab 3 soal dengan benar.

Soal-soal yang sulit dijawab, justru membuat penasaran. “Kenapa AIDS identik dengan kaum gay? Apakah mereka pengguna narkoba? Kan dibilang perempuan lebih rentan. Sementara mereka kan laki-laki dengan laki-laki?” tanya Astri. Memang, perempuan cenderung lebih rentan tertular HIV karena vagina dapat menampung sperma, cairan yang bisa jadi mengandung virus.

Menjawab Astri, Danny menyebut anggapan itu muncul karena kasus AIDS pertama kali ditemukan pada kalangan gay di New York dan Perancis. Diakui, hubungan seks secara anal antara laki-laki dan laki-laki cukup riskan, karena berpotensi membuat luka. Dari luka itulah, penularan bisa terjadi.

Namun Danny secara tegas membantah anggapan bahwa HIV semata muncul dari kalangan gay. Di Haiti misalnya, kasus HIV justru ditemukan di satu kampung, dan dialami pada masyarakat umum yang bukan gay. Adanya stereotip di masyarakat terhadap gay, disayangkan Danny. Toh, belakangan kasus penularan HIV di kalangan gay di Amerika telah menurun drastis. Sementara itu, terjadi lonjakan kasus HIV di kalangan masyarakat umum.

Astri mengangguk, merespon jawaban Danny. Pertanyaan demi pertanyaan terus terlontar, menghangatkan diskusi yang digelar Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali dan IHPCP itu. Menurut Media Relation Officer KPA Bali, Mercya Soesanto, kegiatan itu merupakan bagian dari program Aku Ingin Terlibat, program dengan melibatkan kalangan yang dikenal di masyarakat untuk berkampanye soal HIV/AIDS.

Melibatkan tokoh, pesohor, atau orang yang dikenal publik, menurut Danny, bukan hal baru. Tujuannya, tak lain untuk menarik minat kelompok sasaran mau datang ke acara kampanye-kampanye HIV/AIDS yang dibuat. Ada asumsi, orang mau mendengarkan apa yang dikatakan orang terkenal karena dianggap idola. Sayang, tak sedikit orang terkenal yang ikut kampanye-kampanye HIV/AIDS, justru tidak punya informasi lengkap soal HIV/AIDS. Akibatnya, pesan-pesan HIV/AIDS tidak sampai dengan benar di kelompok sasaran. Ajang kampanye seringkali justru hanya jadi ajang temu idola.

“Saya harap, teman-teman di sini bisa lebih jauh,” tegas Danny, dibalas kritikan oleh Puteri Bali 2005 I Gusti Ayu Pradnyandari. Selama ini ia mengaku seringkali dilibatkan dalam acara-acara HIV/AIDS, tetapi hanya pada saat pelaksanaan. “Saya sebenarnya ingin mengikuti sejak awal pembuatan konsep acara itu,” tegasnya, disambut anggukan oleh yang lainnya. [Komang Erviani / pernah dimuat di Media HIV/AIDS dan Narkoba KULKUL Edisi 19,Agustus 2006]

Tidak ada komentar: