Google
 

Senin, 20 November 2006

Remaja Bangkit Memprotes Kemiskinan

Kita di sini dengan bangga bangkit sebagai bagian dari generasi muda yang ingin ikut serta menghapuskan kemiskinan, yang merupakan tantangan terbesar dunia saat ini. Termasuk juga kemiskinan dan ketiadaan informasi tentang dunia kita, dunia remaja,” begitu Puspa Dewinta membaca secarik kertas putih di tangannya dengan gugup. Di hadapannya, ratusan teman sekolahnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kertha Wisata Denpasar tegap berdiri menyimak ucapannya. Sebuah pita putih melingkar rapi di pergelangan tangan kanan mereka.
“Kami adalah bagian dari enam miliar suara di dunia. Kami menginginkan keadilan sekarang. Keadilan juga buat remaja. Buat kami,” teriak lantang Puspa mengakhiri pembacaannya, disambut tepukan tangan siswa lain yang hari itu berkumpul di aula sekolah setempat.

Pertengahan Oktober lalu, menjadi hari istimewa bagi SMK Kerthawisata. Sebanyak 193 siswa, guru, dan remaja lain yang memenuhi aula sekolah pariwisata itu, berkesempatan menjadi bagian dari kampanye remaja dunia untuk menuntut penghapusan kemiskinan , terutama kemiskinan atas informasi tentang dunia remaja. Kampanye “Bangkit” (Stand Up), begitu nama kampanye dunia yang dilaksanakan serentak di seluruh dunia dalam waktu 24 jam pada rentang 15-16 Oktober 2006 itu.

Kampanye Bangkit merupakan sebuah prakarsa yang dilakukan untuk mengumpulkan masyarakat luas untuk bersama-sama berdiri menyatakan komitmen dan dukungan bagi penanggulangan kemiskinan. Kampanye Bangkit dilakukan untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap janji pemerintah untuk bersungguh-sungguh mengerahkan semua upaya dan sumberdaya untuk menanggulangi kemiskinan. Janji tersebut pernah dinyatakan 189 kepala negara, termasuk dari Indonesia, pada tahun 2000 melalui Deklarasi Milenium di New York.

Tak cuma pembacaan komitmen, informasi soal remaja juga diberikan kepada para siswa. Koordinator Kita Sayang Remaja (Kisara), Oka Negara, menyampaikan informasi seputar seksualitas, HIV/AIDS, hingga narkoba.
Purnayasa, salah seorang siswa, mengaku senang bisa bergabung dalam kampanye dunia yang diikuti ratusan ribu individu dari ratusan negara dunia. Apalagi dari kampanye yang juga dilakukan di Jakarta, Medan, Bandung dan Yogyakarta itu, ia mendapat banyak info baru. “Saya senang bisa dapat pengetahuan soal seks. Jadi tahu deh,” seloroh Purnayasa.

Kepala Sekolah SMK Kerthawisata, Ketut Suarka, menilai positif kegiatan kampanye di sekolahnya. “Dengan kegiatan ini, sekarang minimal mereka tahu tentang dunia mereka,” ujar Suarka sembari menyebut informasi yang diperoleh remaja soal dunia mereka kini terlalu deras melalui televisi maupun internet. Sayangnya, tak ada kontrol atas derasnya informasi tersebut sehingga para remaja kini cenderung menerapkan informasi yang salah. “Peran sekolah dan keluarga di rumah, penting bagi perkembangan remaja,” tegasnya.

Kampanye “Bangkit” dari Bali, memberi andil bagi pemecahan rekor dunia untuk jumlah terbanyak bangkit bersama, menuntut aksi yang nyata bagi penghapusan kemiskinan di segala bidang. “Kemiskinan akan informasi tentang dunia kami, dunia remaja, akan makin menyengsarakan hidup kami jika ini semua tidak mendapat perhatian dan aksi segera dan sekarang juga,” tandas Puspa. [Komang Erviani / pernah dimuat di Media HIV/AIDS dan Narkoba KULKUL Edisi 22,November 2006]

1 komentar:

SURYANEGARA mengatakan...

sukses....nsuarsa@yahoo.co.id