Google
 

Senin, 11 Desember 2006

Menebar Sejuta Informasi

Sejuta Flyer disebar. Sejuta informasi HIV & AIDS ditebar. Sebanyak 25 juta orang diharapkan terpapar informasi.

Perempatan Patung Catur Muka Denpasar, terlihat ramai 5 Desember 2006 lalu. Puluhan anak muda berkaos putih mengacungkan tangan kanan mereka, memberikan sebuah flyer mini dan setangkai mawar merah ke sejumlah pengendara yang lewat. Tangan satunya memegang ratusan flyer dan puluhan tangkai mawar merah lainnya.

Nola, salah satu diantaranya, seperti tak ingin melewatkan satu pengendara pun. Walau beberapa pengendara melaju kendaraannya dengan sangat cepat. “Yah.... nggak nyampe,” keluh waria tersebut setelah sebuah mobil luput mendapatkan flyer karena lajunya yang terlalu cepat. Senyum renyah lantas keluar dari bibir Nola, ketika seorang pengendara sepeda motor sengaja berhenti hanya untuk meminta flyer yang dibawanya. “Silahkan dibaca pak,” begitu Nola mencoba ramah.

“Stop AIDS,” begitu tertulis dalam flyer tersebut. Tak cuma itu, sejumlah informasi soal epidemi HIV & AIDS juga dipaparkan. Disampaikan pula cara-cara sederhana yang bisa dilakukan masyarakat untuk melindungi diri dari penularan HIV. Mulai dari anjuran seks aman, menghindari penggunaan narkoba, hingga memberi perlakukan yang wajar kepaa orang dengan HIV & AIDS.

Tak cuma di perempatan Patung Catur Muka Denpasar, penyebaran flyer juga dilakukan di sejumlah titik keramaian lain, seperti di perempatan Jalan Gajah Mada-Arjuna, serta di Mall Robinson Denpasar. “Hari ini kita sebar 36 ribu buah flyer,” jelas ketua panitia kegiatan, Yusuf Rey Noldy.

Sebar flyer yang dilakukan sejumlah pegiat HIV & AIDS dengan fasilitasi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar itu, merupakan bagian dari acara Sebar Sejuta Flyer. Kegiatan kampanye sebar satu juta flyer merupakan bagian dari kampanye komunikasi Hari AIDS Sedunia yang di koordinir oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional.”Kegiatan serupa juga dilaksanakan serentak di 22 provinsi di Indonesia, dipimpin Menteri Kesehatan dan dipusatkan di Bundaran Hotel Indonesia,” tegas Noldy.

Dalam menyukseskan kampanye sejuta flyer, Bali melalui Kota Denpasar mendapat jatah 36.000 flyer. Pelaksanaannya sendiri, diserahkan kepada kelompok dukungan sebaya (KDS) bagi orang dengan HIV & AIDS (Odha) dan orang yang hidup dengan Odha (Ohidha), Addict Plus. Sebanyak 5 KDS lainnya juga ikut bergabung, yakni Methadone Plus (dukungan bagi klien methadone), Warcan Plus (dukungan bagi waria), Home Boys (dukungan bagi gay), Hidup (dukungan bagi Odha), dan Tunjung Putih (dukungan bagi Odha perempuan.

Tak cuma menyebar satu juta flyer. Secara nasional, kegiatan juga disemarakkan dengan seri TV dan Radio talk show, roadshow dan movie preview di kampus-kampus, penempatan iklan layanan masyarakat, serta aktivitas media relation.
Ruddy Gobel, Staf Bidang Advokasi dan Komunikasi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, menjelaskan kampanye sebar satu juta flyer bertujuan untuk penyebaran informasi kepada masyarakat umum dan mengingatkan kembali tentang HIV/AIDS.

Ruddy menyebut, tidak ada arti khusus dari angka satu juta. “Kita sebetulnya berharap lebih banyak dari itu,” jelasnya. Keterbatasan dana, membuat angka satu juta dianggap sudah cukup memadai. Perhitungannya, jika satu flyer dibaca oleh lima orang, dan masing-masing 5 orang tersebut menceritakan isi informasinya kepada 5 orang lainnya, maka secara teori akan ada 25 juta orang yang terekspos pada informasi.

Flyer dipilih sebagai medua komunikasi dan informasi karena murah, kompak, mudah untuk di sebar dan bisa dibaca oleh banyak orang. Kampanye lewat flyer cenderung jauh lebih murah. Dijelaskan, biaya cetak untuk satu juta flyer itu, kurang dari Rp 50 per lembar.”Untuk satu juta flyer, hanya mengeluarkan biaya cetak kurang lebih Rp 50 juta. Tapi, kita mampu menjangkau banyak orang. Bayangkan kalau menggunakan iklan, nilai seperti itu tidak ada artinya,” tegas Ruddy.

Penyebaran flyer yang dilakukan secara serempak di seluruh Indonesia, pada saat yang bersamaan, juga akan menimbulkan awareness (kepedulian) masyarakat. Kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan kesan positif terhadap upaya penanggulangan, dan mendorong semangat orang-orang yang bekerja dalam bidang penanggulangan AIDS di tanah air.

Masih menurut Ruddy, kampanye komunikasi yang paling ideal adalah kampanye yang menggunakan pendekatan integrated marketing communications. Pendekatannya berupa publikasi, promosi, media relations, advertising dan sejumlah kegiatan sejenis lainnya. “Sayangnya, biaya kampanye akan menjadi sangat mahal, sedangkan upaya penanggulangan selama ini masih kekurangan dana,” tukas Ruddy.

Keterbatasan sumber daya dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV & AIDS, memaksa semua pihak untuk mencari cara yang paling optimal, dengan budget yang terbatas, tetapi diharapkan bisa memberikan dorongan untuk melibatkan sebanyak mungkin masyarakat. “Sebar satu juta flyer ini salah satunya,” tegas Ruddy.

Menurut Ruddy, ada sejumlah cara kampanye lain yang paling efektif, mengutip pengalaman di India dan Kamboja. Yakni dengan membuat program-program TV atau radio populer dengan pesan yang soft mengenai HIV/AIDS. Di India, stigma dan diskriminasi, bisa ditekan sedangkan di Kamboja epidemi bisa dikendalikan. Tetapi kendalanya adalah biayanya mahal, membutuhkan pembangunan kapasitas, serta diperlukan dukungan politik dan keterbukaan dari berbagai stakeholder kunci. [Komang Erviani / pernah dimuat di Media HIV/AIDS dan Narkoba KULKUL Edisi 23,Desember 2006]

Tidak ada komentar: