Google
 

Kamis, 20 Juli 2006

Ketika Pecandu Jera Oleh Penjara

Dita: Semuanya Saling Mengisi

Sejak masuk Lapas Kerobokan tahun 2005 lalu, aku mulai kenal Inneke. Tapi baru belakangan ini aku mengenal lebih dekat. Karena kebetulan kamar kami bersebelahan. Secara pribadi, dia baik, ramah. Enak sih diajak gaul. Nggak canggung.

Kalau ngumpul, kami biasanya cerita-cerita tentang pengalaman yang dulu. Cerita-cerita tentang bahaya narkoba memang nggak terlalu sering. Yang sering, paling cerita-cerita pengalaman yang dulu. Kami lebih banyak bercanda. Kayak waktu nyuci, kami ngobrol. Waktu sore-sore, kami biasanya kendangan (main kendang) rame-rame.

Kami, napi narkoba di blok W, memang sering saling berbagi pengalaman. Bicara dari narkoba ke narkoba, kita sudah biasa. Sudah biasa kita saling mengisi. Dari aku sendiri, aku sudah nggak mau make itu barang. Makanya kami paling ngobrol tentang masa lalu aja. Tentang bagaimana waktu kita kerja dulu. Itu saja. Selebihnya nggak.

Waktu pertamakali make, memang saya tetap ingin make terus. Kalau ada ya pake, tapi nggak sampe menggebu-gebu. Kalau ada ya make, tapi kalau nggak, nggak memaksakan lagi kayak dulu waktu lagi parah-parahnya. Apalagi sekarang ini, lebih baik mikir dua kali.

Kalau aku mikirnya gini, kita di sini nggak ada siapa-siapa. Yang membesuk juga jarang. Kalau aku pribadi, kalau kena itu (narkoba) lagi, takutnya uang juga nggak ada. Sementara utang di mana -mana. Sementara kita di sini perempuan, yang jelas lebih banyak kebutuhannya dibandingkan laki-laki.

Tapi kadang-kadang iya juga. Kita pengen make. Tapi biasanya kalau aku ada keinginan itu, nggak aku teruskan. Kalau kita ada keinginan, lebih baik kita lari. Ngobrol aja sama teman-teman.

Sejak pertamakali masuk lapas, aku ikut kegiatan narcotic anonymus (NA) di lapas. Awalnya sih karena dikasi tahu petugas. Karena setiap ada NA, napi dan tahanan narkoba harus kumpul. Dari ikut-ikut NA itu lah, sangat membantu penyembuhan saya. Apalagi karena ada program just for today (hanya untuk hari ini). Just for today itulah yang akhirnya terus mengingatkan.

Tinggal di lapas juga tidak lepas dari godaan narkoba. Sama Inneke, kadang sih kita pernah ngomong. Inginnya seperti itu. Tapi keadaan nggak memungkinkan. Kadang masalahnya kan duit. Kalau aku sih, masa-masa pengen make itu ada. Tapi lama-lama berpikir keras sama anak-anak, oh iya-iya, Ngapain buang uang buat beli yang beginian. Sedangkan utang ada. Jadi kadang kalau pas inget pingin make, inget dah sama NA. NA itu sangat membantu bagi saya.

Dulu juga waktu ditawari NA pertama datang, aku pikir, ih ngapain sih dengerin ocehan orang. Tapi lama-lama, asyik juga. Ternyata lebih enak di situ.
Aku tahu betul bahaya narkoba dari pengalaman. Kalau ineks, berisiko overdosis. Kalau shabu, bikin saraf. Kalau putaw sih aku nggak tahu. Belum pernah coba. Tahunya dari pengalaman. Yang jelas, peranan NA dalam kehidupan saya sekarang, sangat besar.
Di dalam blok, sebenarnya yang ngasih tahu soal bahaya narkoba dan HIV/AIDS memang banyak. Soalnya semuanya saling mengisi.
Just for today itu bagi saya sih sangat membantu sekali karena setiap kita mau gerak sedikit, inget. Awas, hanya untuk hari ini. Terus berlanjut-berlanjut, akhirnya juga sembuh.

Kalau aku selesai menjalani hukuman 4 tahun 4 bulan di sini, belum kepikiran apa yang akan aku lakukan. Inginnya sih di sini belajar bahasa asing. Jadi kalau keluar dari sini, kalau ada tawaran pekerjaan, bisa coba. Yang jelas, saya nggak mau lagi terjerumus. [Seperti diceritakan kepada Komang Erviani/ pernah dimuat di Media HIV/AIDS dan Narkoba KULKUL Edisi 18, Juli 2006]

Tidak ada komentar: