Google
 

Minggu, 09 Oktober 2005

Simple Passion, Gambar Perjuangan Perempuan Odha

Berjuang menghadapi virus HIV sekaligus stigma dan diskriminasi yang membuntuti, bukan hal mudah. Namun hal itu terbukti mampu dilakukan (Alm) Suzana Murni, sosok perempuan positif HIV/ yang justru kemudian menjadi aktivis HIV/AIDS. Puisi menjadi salah satu alat yang digunakan pendiri Yayasan Spiritia itu untuk “berdialog” dengan virus yang hidup dalam dirinya, sekaligus memberi kekuatan kepada rekannya sesama orang dengan HIV/AIDS (Odha).

Simple Passion, buku kumpulan puisi Suzana Murni yang diluncurkan di sela-sela Festival Pembaca dan Penulis Ubud 2005(Ubud Writers and Readers Festival 2005), 9 Oktober lalu, menggambarkan semangat menggebu dari perempuan yang meninggal 2002 lalu itu. Sebanyak 31 puisi yang sebagian besar ditulis dalam bahasa Inggris itu, secara tidak sengaja ditemukan ibunda Suzana, Meisny, beberapa hari setelah kepergian Suzana menghadap-Nya. Menurut Meisny, kumpulan puisi putrinya menggambarkan tentang perjuangan hidup Suzana dalam melawan stigma dan diskriminasi, tentang kemanusiaan, dan tentang kasih sayang. “Kami punya harapan, mudah-mudahan buku puisi ini dapat mengubah pola pikir kita. Suzana selalu menegaskan, bukan HIV atau orangnya yang seharusnya diangkat, tetapi lebih pada apa yang bisa iangkat dari orang-orang HIV positif,”tegasnya.

Kumpulan puisi yang digagas dan diterbitkan oleh Putu Oka Sukanta, penulis yang juga teman dekat Suzana itu, dilakukan setelah sesi pertemuan para penulis dengan para orang dengan HIV/AIDS (Odha) mengenai “Hidup dengan HIV/AIDS-sebuah prespektif perempuan”. Hadir dalam acara tersebut, para penulis seperti Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu, Marianne Katoppo, dan lainnya. “Melalui puisi, Suzana berdialog dengan virus yang hidup dengan dirinya. Dia mengajarkan kita mengenai kekuatan,kehidupan, perjuangan, harapan, dan juga keterbatasan seseorang makhluk ciptaan-Nya,”begitu Putu.

Penerbitan Simple Passion didanai sepenuhnya oleh Asia Pacific Leadership Forum (APLF) on HIV/AIDS melalui UNAIDS di Indonesia, dan diterbitkan bersama oleh Taman Sringanis dan Yayasan Spiritia. Christina Yuliana, sahabat dekat Suzana, masih ingat betul bagaimana saat Suzana seringkali mengajaknya berjalan ke tempat-tempat dengan banyak orang berperilaku beriiko. Ia juga ingat saat Suzana mengupayakan mencari donatur untuk rekannya sesama Odha, guna membiayai pengobatan anti retroviral (ARV) sang teman. “Saya selalu kagum dengan keberaniannya,” tutur Christina.

Suzana sendiri baru mengetahui dirinya positif HIV setelah sang suami dinyatakan meninggal akibat virus itu. Tekadnya berjuang di jalur HIV/AIDS dan membangun Yayasan Spiritia, berawal dari perlakuan tidak wajar yang diterima suaminya saat diketahui positif HIV. Bahkan, tes HIV terhadap sang suami dilakukan pihak rumah sakit tanpa izin. Suzana menjadi orang yang sangat berperan dalam pemberian obat anti retroviral (ARV) gratis kepada para Odha oleh pemerintah saat ini. [Komang Erviani / Dimuat di Majalah Gatra Edisi 49 Tahun XI, 22 Oktober 2005]

Tidak ada komentar: