Google
 

Rabu, 20 September 2006

Remaja pun tak Tahu Hari Remaja

Selamat Hari Remaja.” Penggalan tiga kata itu terus berulang, terdengar riuh di Toko Buku Gramedia, Jl Dewi Sartika Denpasar, pertengahan Agustus lalu. Sambil mengucap selamat hari remaja, sejumlah remaja membagi-bagikan dua lembar kertas warna hijau dan merah muda serta sebuah stiker bertuliskan Spirit For Me. Kertas-kertas itu berisi penjelasan hasil konferensi nasional remaja Indonesia yang dideklarasikan remaja se-Indonesia, serta tak lupa soal seluk beluk Hari Remaja Internasional 2006.

“Memang ada ya hari remaja? Kapan?” begitu Suliastini (14 tahun) dan Ari Kurniati (13 tahun) ketika ditanya tentang Hari Remaja. Walau tergolong remaja, kedua siswa SMPN 8 Denpasar yang sedang asyik membaca buku itu mengaku tak pernah mendengar soal hari remaja. Keduanya senang karena ada teman-teman sebaya mereka yang mau memberi informasi itu. “Saya juga mau ikut aktif kayak mereka,” ujar Ari malu-malu.

Informasi tentang hari remaja, memang tak banyak diketahui para remaja. Karenanya, Kita Sayang Remaja (Kisara), Muda Berdaya Bali, dan Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN) dari sejumlah sekolah di Denpasar, sepakat mengkampanyekan hari yang jatuh setiap 12 Agustus itu. “Ini adalah program untuk memperkenalkan hari remaja,” jelas Pramesemara, 20 tahun, pengurus Kisara.

Selain Gramedia, kampanye juga dilakukan di Toko Buku Gunung Agung, serta di perempatan Jalan Dewi Sartika. Dengan tema Spirit for Me, Spirit for Youth, Youth Spirit Againts Poverty, kampanye tersebut diharapkan mampu memberi semangat bagi remaja agar peduli untuk membantu upaya penghapusan kemiskinan. Kemiskinan, menurut Pram, merupakan sumber dari banyak masalah, termasuk masalah pendidikan, sosial, hingga HIV/AIDS. Paling tidak, remaja bisa berupaya dengan menjalankan studi dengan baik. [Komang Erviani / pernah dimuat di Media HIV/AIDS dan Narkoba KULKUL Edisi 20,September 2006]

Hasil Konferensi Nasional Remaja Indonesia :
1. Mengajak seluruh remaja di Indonesia untuk menumbuhkan kesadaran dan solidaritas bersama dalam memperjuangkan pemenuhan hak-haknya.
2. Mendesak pemerintah, legislatif, penyedia layanan, orang tua, guru, masyarakat, untuk menerima, mengakui, dan memenuhi hak-hak reproduksi seksual remaja terutama menyangkut hak memperoleh informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual remaja dan hak memperoleh pelayanan konseling dan medis yang mudah diakses dan ramah remaja.
3. Mendesak pemerintah memberikan dukungan politis, alokasi anggaran, dan dukungan sumber daya lainnya secara proporsional dalam mengimplementasikan hak-hak reproduksi dan seksual remaja.
4. Mendesak agar program reproduksi seksual remaja yang dikembangkan oleh pemerintah, penyedia layanan, dan lembaga swadaya masyarakat, melibatkan partisipasi aktif remaja secara integral (perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi) untuk menjamin program mengakomodir kebutuhan aktual remaja menyangkut kesehatan reproduksi dan seksual.
5. Mendesak media massa agar memberikan ruang dan bersama remaja menjadi mitra dalam mengkampanyekan dan memperjuangkan pemenuhan hak-hak reproduksi dan seksual remaja.

Tidak ada komentar: