Google
 

Rabu, 09 Februari 2005

Datang Tak Dijemput, Pergi Sisakan Maut

Sebanyak 30 siswa umur belasan berdiri tegak dengan tangan kanan terangkat ke atas. Serentak mereka berucap, “Kami berikrar, Sebagai penerus bangsa kami berkomitmen untuk senantiasa menghindari narkoba. Sebagai penerus bangsa, kami berupaya untuk selalu berkarya guna membangun/mengembangkan diri hidup sehat tanpa narkoba.” Teriakan ‘say no to drugs’ sebanyak tiga kali, mengakhiri pengucapan komitmen mereka sebagai bentuk penolakan terhadap narkoba.

Pengucapan komitmen tersebut, mengawali lomba poster bahaya narkoba bagi siswa SLTP dan SMA garapan Badan Narkotika Propinsi (BNP) Bali yang digelar di Wantilan DPRD Bali pada Minggu, 9 Januari 2005. Usai pengucapan komitmen, seluruh peserta bergegas mengambil posisi, bersiap menampilkan kreasi terbaiknya. Hanya dalam hitungan menit, semua kertas yang disediakan panitia tak lagi putih bersih. Goresan cat air, perlahan tapi pasti, memenuhi hampir seluruh ruang di kertas masing-masing peserta.

Sembari beraksi, sejumlah pengisi acara menghibur tanpa merusak konsentrasi peserta lomba. Diawali dengan aksi musik dari Toom Band, operet bertema narkoba dari Kita Sayang Remaja (Kisara), pembacaan puisi narkoba dari Kelompok Siswa Peduli Aids dan Anti Narkoba SMAN 4 Denpasar, hingga pagelaran musik dari Ladies Room, Purusha Band dan Pandawa Band. Tak ketinggalan pula aksi kocak para waria dari Yayasan Gaya Dewata yang menirukan gaya para diva Indonesia, lengkap dengan lip sync lagu-lagu mereka. Sedikitnya, enam orang waria telah sukses mengocok perut seisi wantilan.

Guna memastikan pemahaman tentang bahaya narkoba, para suporter dan undangan yang hadir juga tak luput dari perhatian. Sejumlah pertanyaan seputar bahaya narkoba beberapa kali dilempar ke audiens dalam games yang digelar di sela-sela pertunjukan hiburan. Games digelar oleh tiga yayasan yang concern terhadap penyalahgunaan narkoba, diantaranya Yayasan Hati-Hati, Yayasan Mata Hati, dan Yayasan Hati Kita Bali.

Setelah beberapa jam berlalu, satu per satu peserta lomba mulai tampak menyelesaikan hasil karyanya. 30 buah poster hasil karya 30 siswa SLTP dan SMA, langsung saja dinilai oleh 5 orang juri yang terdiri dari pemilik pabrik kata-kata Joseph Theodorus Wulianadi alias Mr Joger, Yusuf Pribadi (Yayasan Hatihati), Gusti Lanang Adi (Institut Seni Indonesia), Mas Ruscitadewi (wartawan Bali Post) dan Ma’ruf (mantan pengguna narkoba jarum suntik). Ruscitadewi cukup terkejut dengan beragamnya tema gambar yang ditampilkan peserta.

Lewat tengah hari, hasil penjurian akhirnya diumumkan. Di kategori 12 hingga 16 tahun, Budhi Riyanta dari SMAN 1 Denpasar tampil sebagai juara I. Remaja asal Gianyar kelahiran 1989 itu sukses dengan posternya yang didominasi warna hitam dan kuning kemerahan. Dalam posternya, Budhi menggambarkan nasib pengguna narkoba yang tewas di atas barang-barang haram itu. Tulisan “Waspadai Narkoba!” dicetak tebal, diikuti kalimat ‘karena datang tak dijemput, pergi sisakan maut’. Shakaniko yang juga dari SMAN 1 Denpasar tampil sebagai juara II dalam kategori yang sama. Sementara juara III dan juara favorit diperoleh Kadek Wisnawa dan Putu Eka Guna Yasa.

Di kategori umur 17 – 20 tahun, Komang Dodik Indrawan tampil sebagai juara I, diikuti Gede Erwin Prasadha sebagai juara II, Keitha Adrian sebagai juara III dan Widiantara sebagai juara favorit.

Ketua BNP Bali, IGN Kesuma Kelakan dalam sambutannya yang dibacakan Ketua Pelaksana Harian BNP Bali Brigjen Pol. DR. Teguh Soedarsono menegaskan, selain untuk meningkatkan kewaspadaan para remaja terhadap penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah dan masyarakat, lomba juga bertujuan mengimplementasikan daya nalar peserta terhadap penyalahgunaan narkoba dalam karya seni berupa poster. Hal itu dimaksudkan untuk mengajak masyarakat melaksanakan pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan pemasaran gelap narkoba. Pelajar sebagai tulang punggung dan harapan bangsa diharapkan bisa menempatkan diri sebagai generasi penerus bangsa dalam menyerap pengetahuan sehingga dapat menciptakan dan meningkatkan rasa solidaritas, rasa percaya diri dan kepedulian sosial. [Komang Erviani / pernah dimuat di Media HIV/AIDS dan Narkoba KULKUL, Edisi 1, Februari 2005]

Tidak ada komentar: