Google
 

Rabu, 09 Februari 2005

Karena Seks, Laki-laki Merugi

Sepasang telapak tangan tampak tertelungkup, saling tindih satu sama lain. Di sekelilingnya terdapat wanita hamil, pengkonsumsi narkoba, pemabuk, pengidap HIV/AIDS, hingga lambang kelamin pria dan wanita. Begitulah cara Ketut Ardika, siswa kelas III IPA 3 SMAN 5 Denpasar, mengungkapkan betapa seks bebas dapat merusak kehidupan pelakunya.

Dalam lomba poster “Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja” tingkat SLTA se-Bali yang digelar Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Bali, Ardika menganalogikan seks bebas dengan dua telapak tangan tertelungkup dan saling tindih. Bukan asal-asalan, Ardika punya dasar kuat ketika tim juri menanyakan hal itu pada final di ruang pertemuan PKBI Bali, 17 Januari 2005. Ia menyebut, kode tangan itu sering diterimanya dari orang-orang ketika membicarakan tentang seks.

Di posternya, Ardika menuliskan “Sex Bebas Menghancurkan Masa Depanmu”. Menurut Ardika, seks bebas harus benar-benar dijauhi karena dapat mengakibatkan banyak dampak negatif seperti kehamilan di luar nikah, menjadi pengkonsumsi narkoba, menjadi pemabuk, pengidap HIV/AIDS, hingga aksi bunuh diri. “Seks bebas tidak hanya merugikan perempuan, tetapi juga laki-laki karena bisa saja dia bunuh diri,” tandasnya di hadapan tiga juri yakni Ida Bagus Martinaya (jurnalis), Gusti Ngurah Widnyana (kartunis), serta koordinator Kita Sayang Remaja (Kisara) Made Oka Negara.

Dalam lomba poster tersebut, Ardika memang tidak hanya menggambar dan menyerahkan hasil karyanya kepada juri. Ia dan lima rekan finalis lainnya juga wajib mempresentasikan maksud posternya kepada dewan juri. Keenam peserta yang tampil pada final, merupakan hasil seleksi dari 22 peserta yang mengirimkan posternya pada panitia selama tenggat waktu yang ditentukan. Dalam final, tiap peserta diberi waktu 5 menit untuk presentasi.

Mereka juga wajib menjawab pertanyaan-pertanyaan juri. Menurut Direktur Pelaksana PKBI Daerah Bali, Ketut Sukanata, sistem itu diterapkan untuk memastikan kalau peserta lomba tidak sekadar bisa menggambar, tapi juga benar-benar memahami gambar yang dibuat.

Ardika tampil sebagai peserta terakhir yang mempresentasikan posternya. Beruntung, ia juga yang dipercaya sebagai pemenang pertama. Juara kedua, siswa SMKN 1 Sukawati Ida Bagus Nyoman Putra. Selisih nilainya dengan Ardika memang tak banyak, Ardika 978 sedangkan Nyoman Putra 958. Sementara itu, juara ketiga diperoleh Dewa Gede Adnyana yang juga siswa SMKN 1 Sukawati dengan nilai 918. Tiga juara harapan diberikan kepada Gede Urip Ogi Phareta, siswa SMKN 3 Singaraja, Made Cristianus Adi Putra, siswa SMAK Harapan Denpasar, dan Putu Toni Sianto, siswa SMKN 3 Singaraja.

Masing-masing peserta menyampaikan penolakannya kepada seks bebas melalui cara berbeda. Nyoman Putra misalnya, menampilkan gambar yang sangat artistik dan sekilas memperlihatkan perempuan dan laki-laki tengah berhubungan seks. “Hindari sexs bebas, dapat merusak masa depan remaja,” ungkap Nyoman Putra dalam posternya.

Ketut Sukanata mengatakan, lomba tersebut digelar dalam rangka 47 tahun PKBI. Pelibatan siswa SLTA untuk memberi kesadaran remaja bahwa seks bebas akan merusak masa depan. SLTA, menurutnya, merupakan masa paling rawan dan penuh godaan seks bebas yang pada akhirnya bisa menimbulkan beragam risiko, termasuk HIV/AIDS. [Komang Erviani / pernah dimuat di Media HIV/AIDS dan Narkoba KULKUL, Edisi 1, Februari 2005]

Tidak ada komentar: