Google
 

Selasa, 10 Oktober 2006

Dunia Remajaku Seru !

Dunia remaja memang seru. Program pendidikan kesehatan reproduksi via teknologi informasi, menambah serunya kehidupan remaja di tiga SMA di Bali. Bicara seksualitas bukan lagi tabu.

Tangan kanan Budiasih, siswa kelas 11 IPA SMA 3 Denpasar, sibuk menggeser mouse salah satu komputer di lab sekolahnya. “Coba klik Bab 5,” begitu Anak Agung Sagung Dwi Cahyani, sang guru. Dari monitor di hadapan Budi, muncul kalimat dengan font besar, siapa yang bertanggung jawab?. “Coba diklik lagi,” lanjut Cahyani. Gambar seorang laki-laki dan perempuan dengan sejumlah alternatif tanggung jawab, disuguhkan dengan sangat menarik dari software tersebut. Ada tanggung jawab mengasuh anak, membersihkan rumah, menentukan pendidikan anak, mengatur keuangan, dan lainnya.

Budi dan puluhan temannya mendapat tugas mencocokkan tanggung jawab-tanggung jawab itu dengan pihak yang bertanggung jawab. Laki-laki, atau perempuan? Tulisan mengasuh anak diklik Budi dengan kursor mouse-nya, ditariknya ke sisi perempuan. Menurutnya, tugas mengasuh anak adalah tugas perempuan. Tetapi program menolak. “Coba letakkan di tengah, antara laki-laki dan perempuan,” Cahyani menganjurkan. Benar saja, program menerima dengan baik. “Berarti, mengasuh anak adalah tugas bersama laki-laki dan perempuan. Bukan tugas perempuan saja,” jelas Cahyani.

Hari itu, pertengahan September lalu, Budi dan beberapa teman sekelasnya bukan sedang belajar komputer. “Yuk, bicara gender” begitu materi yang dibahas hari itu. Tapi pelajaran ekstra selepas jam pelajaran itu diberikan dengan piranti lunak komputer. Kok bisa? “Ini adalah bagian dari program Dunia Remajaku Seru (DAKU),” jelas Koordinator Kita Sayang Remaja (Kisara), dr Oka Negara.

DAKU merupakan program pendidikan kesehatan reproduksi dengan memanfaatkan teknologi informasi. Program ini dilaksanakan oleh WPF (World Population Fundation) yang bekerjasama dengan PKBI Bali melalui Kisara, untuk mendekatkan pendidikan kesehatan reperoduksi kepada remaja di Bali. “Ini adalah adaptasi dari program yang sudah dilaksanakan di Vietnam dan Uganda oleh WPF,” demikian Palupi Widjajanti, Representatif WPF di Indonesia.

Di Indonesia, DAKU juga dilaksanakan di beberapa wilayah lain seperti Jakarta, Lampung, Medan, dan Jambi. Di Bali sendiri, program DAKU baru dirintis di tiga sekolah, yakni di SMA 2 Denpasar, SMA 3 Denpasar dan SMA 4 Denpasar. Ketiga sekolah dipilih sebagai perintis karena pertimbangan fasilitas komputer yang dimiliki dan keterbukaan pengelola sekolah. Namun ke depan, program ini rencananya akan diperluas ke sekolah-sekolah lain di Bali.

Dunia Remajaku Seru memang menawarkan sistem pembelajaran baru yang asyik dan menarik. Ada selipan-selipan games, kuis, juga diskusi. ”Modul kita buat semenarik mungkin, menyesuaikan dengan kebutuhan remaja sekarang,” jelas Palupi tentang 14 bab modul pelajaran yang dipersiapkan. Selain tentang gender, ada juga bab tentang informasi HIV/AIDS, narkoba, pendekatam berbasis hak azasi manusia (HAM), perubahan prilaku, proses kehamilan, serta bagaimana menimbulkan empati terhadap orang dengan HIV/AIDS (Odha).

Siang itu misalnya, empat siswa diberikan tugas untuk memperagakan bagaimana seorang siswa perempuan menjadi laki-laki macho, bagaimana menjadi seorang kakek tua, dan bagaimana seorang siswa laki-laki menjadi ibu hamil. Dalam memperagakan peran-peran tersebut, diharapkan siswa memahami arti gender yang sesungguhnya.

“ Ini bagus, pengennya diterusin lagi,” ujar Budiasih. Ketua Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN) SMA 3 Denpasar, Putu Lina Sudiyawati, juga menyambut baik program DAKU. “Bahkan banyak teman-teman di luar KSPAN yang ingin ikut,” jelas Lina. Karena keterbatasan sarana, program DAKU sampai saat ini memang masih diprioritaskan bagi anggota ekstrakurikuler KSPAN.

Tokoh Hindu, Ida Pedanda Gede Ketut Tianyar Sebali, mengaku sangat mendukung adanya program pendidikan kesehatan reproduksi untuk para remaja. Menurutnya, pendidikan seks lebih dini akan membuat remaja lebih waspada. [Komang Erviani, Ikha Widari / pernah dimuat di Media HIV/AIDS dan Narkoba KULKUL Edisi 21,Oktober 2006]

Tidak ada komentar: