Google
 

Senin, 04 Februari 2008

Impor Cina Macet, Stok Pernik Imlek Merosot

Pernak-pernik Imlek diserbu warga keturunan Tionghoa di Denpasar Bali. Sayang, stok pernak-pernik yang tersedia jauh merosot dibandingkan Imlek tahun lalu. Para pedagang mengaku kesulitan mendatangkan produk asal Cina.

Imlek tahun ini tidak cukup menguntungkan bagi para pedagang pernak pernik Imlek. Di tengah tingginya permintaan, para pedagang justru kesulitan mendatangkan produk asal Cina. Padahal sebagian besar pernak-pernik Imlek merupakan produk impor dari Cina.

Gara-gara tak ada produk Cina, stok yang tersedia di toko-toko penjualan pernak pernik imlek menjadi sangat terbatas. Hal itu dialami oleh hampir semua tokoh pernak-pernik Imlek yang ada di Denpasar. Akibatnya, omset penjualan yang bisa didapat pada Imlek tahun ini pun jauh merosot dibandingkan tahun lalu.

Salah satu toko pernak-pernik Imlek di Jalan Kartini Denpasar, Toko Usaha Baru, termasuk salah satu yang merasakan dampak macetnya impor produk Cina, Menurut pemiliknya Indra, omset penjualan pada Imlek tahun ini turun sekitar 20% dibandingkan tahun lalu. Nenek lima cucu itu mengeluhkan minimnya produk Cina sebagai salah satu penyebab penurunan omset tahun ini. “Omset memang naik dibandingkan hari biasa. Tapi kalau dibandingkan Imlek tahun lalu, turun,” ujarnya.

Dijelaskan Indra, pernak-pernik yang dijualnya tahun ini hanyalah sisa stok pada Imlek tahun lalu. Padahal biasanya ia khusus mendatangkan barang asal Cina dari Jakarta atau Surabaya, khusus untuk mengantisipasi lonjakan permintaan pada saat Imlek. Barang asal Cina umumnya berupa lampion, patung, hingga pernak-pernik lainnya. “Sekarang saya cuma jual stok lama aja. Semuanya sisa jualan tahun lalu,” ujar ibu lima anak itu.

Menurut Indra, pihaknya sudah beberapa kali mencoba mengorder produk Cina dari Jakarta atau Surabaya. “Tapi di Jakarta stoknya juga tipis. Jadi sulit sekali cari dagangan,” ujarnya. Minimnya stok diperkirakan merupakan dampak dari aksi pencabutan dan pelarangan impor produk Cina ke Indonesia tahun lalu. Pelarangan impor akibat beberapa produk Cina diduga mengandung formalin itu, diduga mengimbas pada sulitnya melakukan impor produk-produk Cina lainnya.

Minimnya stok pernak-pernik impor juga diakui pedagang lainnya di kawasan Jalan Raya Sesetan Denpasar, Winasih.Menurutnya, ia sama sekali tidak mendapat pasokan barang dari Jakarta. Selain karena pasokan yang menipis, Winarsih menduga banjir di Jakarta juga membuat barang yang dipesannya tidak dapat dikirim. “Mungkin juga karena banjir di Jakarta. Tapi memang agak sulit cari barang sekarang,” ujarnya.

Akibat tidak punya banyak stok, Winarsih terpaksa hanya menjual beberapa pernak-pernik imlek buatan lokal. “Terpaksa jual buatan sini. Memang barangnya nggak jelek, tapi kalau barang lokal, kita nggak bisa cari banyak karena mereka buatnya dalam jumlah kecil,” keluhnya.

Dampak pelarangan impor permen Cina karena diduga mengandung formalin, diakui Winarsih, paling terasa. Pasalnya, para konsumen umumnya mempertanyakan permen-permen rasa buah yang biasanya sangat digemari untuk Imlek. Hal itu membuat sejumlah pedagang memilih menjual permen-permen produksi dalam negeri. “Tapi nggak banyak yang mau beli permen biasa. Dulu kalau kita jual permen buah dari Cina, pembelinya banyak sekali,” tegasnya. [ni komang erviani]

Tidak ada komentar: