Google
 

Jumat, 15 Februari 2008

Organda Bali Tolak Pembatasan BBM

Organisasi angkutan darat (Organda) Bali menolak rencana pembatasan bahan bakar minyak (BBM) yang rencananya diujicobakan di wilayah Jawa dan Bali. Pembatasan tersebut dinilai mengancam usaha angkutan umum di Bali yang sedang terpuruk.

Penolakan atas rencana pembatasan BBM di Bali, disampaikan Sekretaris DPD Organda Provinsi Bali I Ketut Widi kepada SINDO di Denpasar kemarin. Pemerintah diharapkan mempertimbangkan pengecualian angkutan umum dalam kebijakan tersebut. Menurut Widi, pembatasan BBM seharusnya tidak dilakukan terhadap usaha angkutan umum. Pasalnya, angkutan umum menggunakan BBM untuk usaha yang produktif. “Kalau angkutan umum, nggak bisa dibatasi begitu. Lagipula semua usaha angkutan umum pasti membeli BBM sesuai yang diperlukan,” ujarnya.

Pembatasan BBM menurut Widi akan menimbulkan risiko bertambahnya biaya operasional angkutan umum. Bila kuota yang diberikan tidak mencukupi, usaha angkutan secara otomatis harus membeli BBM dengan harga tanpa subsidi. Kondisi tersebut akan mengancam usaha angkutan umum di Bali yang saat ini sedang terpuruk.

Penambahan biaya operasional mengharuskan angkutan umum menaikkan tarif. Namun di sisi lain, usaha angkutan umum di Bali saat ini tengah terpuruk. Hal itu terutama disebabkan minimnya minat masyarakat menggunakan jasa angkutan umum. Akibatnya, banyak armada angkutan umum di Bali yang sudah menganggur.

Kenaikan tarif dinilai hanya akan memperburuk kondisi usaha angkutan umum di Bali. Karenanya, pembatasan BBM hanya akan membuat usaha angkutan umum mengalami dilemma, antara menaikkan tariff atau merugi karena adanya tambahan biaya operasional. “Permasalahannya, kalau kita menaikkan tariff, apakah akan diterima oleh masyarakat pemakai jasa? Kalau tidak diterima, apakah ini tidak malah menurunkan animo masyarakat menggunakan angkutan umum?” Widi mengeluh.

Dijelaskan Widi, usaha angkutan umum harus berpikir seribu kali untuk menaikkan tarif angkutan umum. Pasalnya, dengan tariff yang berlaku saat ini, banyak masyarakat yang menawar hingga tariff batas bawah. “Jangankan menaikkan tarif, tarif yang sekarang saja banyak ditawar. Kalau benar-benar ada pembatasan BBM, ya tinggal tunggu hancurnya,” keluh pria asal Buleleng Bali itu.

Berdasarkan catatan PT. Pertamina Cabang Pemasaran Denpasar, konsumsi BBM di Bali mencapai rata-rata 2.200 kilo liter per hari. Jumlah tersebut terdiri atas 1.700 kilo liter premium dan 500 kilo liter solar. Secara keseluruhan, konsumsi BBM di Bali selama 2007 mencapai 477.595 kilo liter premium dan 148.050 kilo liter solar. Jumlah tersebut naik 3 % dibandingkan tahun 2006. [ni komang erviani]

Tidak ada komentar: