Google
 

Jumat, 22 Februari 2008

Pelaku Pariwisata Bali Keluhkan Pemadaman Listrik

Okezone- 22 Februari 2008

DENPASAR - Pemadaman listrik besar-besaran yang sempat terjadi Kamis (21/2) lalu dan diperkirakan masih akan terjadi selama cuaca buruk ini, dikeluhkan sejumlah pelaku pariwisata Bali.

Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Ngurah Wijaya mengatakan, sarana listrik menurutnya merupakan bagian sangat vital bagi destinasi wisata dunia seperti Bali."Kalau tidak ada listrik, semua susah. Apalagi pariwisata," keluhnya di Denpasar, Jumat (22/2/2008).

Diakui Wijaya, kalangan perhotelan di Bali sewaktu-waktu bisa mengurangi konsumsi listriknya dengan penggunaan generator. Namun tersedianya sistem kelistrikan yang andal menurutnya jauh lebih penting. "Kalau generator dipakai nonstop, lalu mati, gimana?" ujar pemilik hotel di Sanur itu.

Meski PLN memproritaskan kawasan wisata untuk tidak dipadamkan listriknya, Wijaya justru balik mempertanyakan. "Bali secara keseluruhan adalah kawasan wisata. Jadi saya rasa tidak bijak juga kalau PLN memprioritaskan wilayah-wilayah tertentu saja," terang Wijaya.

Sekretaris Jendral Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Perry Markus juga mengeluhkan tidak andalnya sistem kelistrikan Jawa-Bali. Diakui Perry, semua hotel berbintang di Bali memiliki generator yang bisa dioperasikan ketika terjadi krisis pasokan listrik. Saat ini terdapat sebanyak 152 hotel berbintang di Bali.

Meski demikian kalangan perhotelan menurutnya tidak bisa diminta menggunakan generator secara terus menerus. Pasalnya, kemampuan generator untuk menghasilkan listrik sangat terbatas.

"Beroperasi 24 jam saja, genset sudah panas. Nggak bisa disuruh operasi terus menerus. Kalau kondisi force majeur gak masalah. Asal jangan force majeur terus terusan," keluhnya Perry.

Selain masalah kemampuan menghasilkan listrik, penggunaan generator juga menimbulkan konsekuensi pembengkakan biaya. Dikatakan, listrik dari generator menimbulkan biaya dua kali lipat lebih besar dibandingkan harga listrik PLN.

"Kalau hitung-hitungan, listrik genset jelas lebih mahal. Karena kita harus beli solar dengan harga tanpa subsidi, bayar petugas tambahan, sampai biaya pemeliharaan," tambah Perry yang juga Ketua PHRI Badung.

Hingga kini, PHRI Bali belum menghitung kerugian yang diakibatkan dari pemadaman listrik. Meski demikian, Perry berharap PLN tidak menyalahkan alam sebagai alas an krisis listrik.

"Kalau alam kan bisa diprediksi. Semua orang tahu kalau setiap Januari-Februari pasti ada hujan lebat dan cuaca buruk sampai sekarang. Ini kan musiman," tambahnya. (Ni Komang Erviani/Sindo/rhs)

Tidak ada komentar: