Google
 

Sabtu, 22 Desember 2007

Apa Daya Investor Lokal

Investasi memang universal. Tidak memandang apakah asing atau lokal. Siapa yang memiliki kapital besar, kemungkinan besar akan menguasai pasar. Namun, minimnya investor lokal di Bali memang patut dipertanyakan.

Investor dalam negeri tampaknya kalah bersaing dengan investor asing yang mempunyai modal lebih besar. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Tjok Oka Artha Ardana Sukawati mengakui adanya kelemahan investor lokal dalam berinvestasi. Cok Ace, sapaan karibnya, beralasan hal itu akibat dari minimnya transfer pengetahuan oleh para investor asing kepada masyarakat Bali.

Namun, Cok Ace menolak melemparkan kesalahan sepenuhnya kepada investor asing. Dikatakan, investor asing telah terbukti memiliki kekuatan modal yang lebih tinggi dan keberanian yang jauh lebih besar dalam berinvestasi. Kemampuan investor asing tersebutlah yang menjadikan dorongan terbesar bagi mereka untuk berinvestasi di Bali.

”Sudah menjadi hukum dagang bahwa di mana ada peluang dan ada kemampuan maka investasi pun bisa dijalankan,”ujarnya pada SINDO. Selain kemampuan berinvestasi yang rendah, iklim investasi dalam negeri juga tidak cukup menguntungkan bagi investor lokal. Seperti diakui Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bali Panudiana Kuhn.

Dia menunjuk tingginya tingkat suku bunga kredit di Indonesia membuat daya saing pengusaha lokal menjadi sangat rendah. Suku bunga kredit perbankan di Indonesia saat ini rata-rata 14%, jauh lebih besar dibandingkan suku bunga tabungan yang hanya sekitar 8%. Padahal di luar negeri, selisih antara suku bunga kredit dan tabungan sangat tipis.Suku bunga kredit di Singapura misalnya, kini hanya sekitar 6,5%, atau sekitar 1% lebih tinggi dari suku bunga 5,5%.

”Jadi jelas daya saing pengusaha lokal jauh lebih rendah, karena kita harus bayar bunga bank jauh lebih besar,” keluh pengusaha tekstil itu. Australia sebagai negara yang memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat Bali,menjadi ”penguasa” dari pundi-pundi ekonomi Bali.Investasi Australia menduduki peringkat pertama investasi di Bali, diikuti Singapura,Jepang,Amerika Serikat, dan Korea Selatan.

Sejak 1998 hingga 2007 ini, investasi Australia di Bali yang tercatat sudah mencapai USD609.700. Sementara investasi Singapura sebesar USD427.400, Jepang USD131.350. Amerika Serikat USD107.100, dan Korea Selatan USD93.000. Apa pun alasannya, serbuan investor asing menjadi tantangan tersendiri yang harus dijawab Bali.

Peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) di Bali bisa menjadi salah satu langkah untuk makin meningkatkan peran masyarakat lokal dalam perekonomian Bali. ”Masyarakat dan tenaga kerja di Bali harus meningkatkan kemampuannya, agar memiliki bargaining power yang tinggi untuk bisa bersaing. Ini penting agar masyarakat Bali benar-benar merasakan manfaat dari keberadaan para investor asing di Bali,” tegas Murjana.

Patut dipikirkan sebuah regulasi investasi yang bisa membantu investor lokal.Salah satu yang bisa dicoba adalah setiap investasi asing diwajibkan menggandeng pengusaha lokal sebagai partner. Atau mungkin membuat regulasi yang mewajibkan, jabatan tertentu diisi orang Bali. (ni komang erviani/ andika hendra mutaqim / Dimuat di Koran SINDO Edisi Minggu, 23/12/2007 )

Tidak ada komentar: