Google
 

Sabtu, 29 Desember 2007

Rupiah Melemah, Pedagang Valas Was Was

DENPASAR (SINDO) – Kurs rupiah yang terus melemah terhadap dolar, membuat pedagang valuta asing (valas) was was. Pasalnya, pelemahan dolar di akhir tahun berisiko tinggi menyebabkan kerugian.

Menurut Sekjen Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA), Ayu Astuti Dhama, melemahnya rupiah di akhir tahun merupakan tren umum tahunan. Hal tersebut umum terjadi setiap tahun karena banyaknya aksi pembelian dolar oleh masyarakat. ”Kenaikan dolar kan pada dasarnya disebabkan orang-orang kita (indonesia,red) juga yang melakukan pengambilan dolar besar-besaran untuk liburan di luar negeri,” terangnya.

Namun kenaikan dolar di akhir tahun, jelas Ayu, biasanya akan diikuti oleh anjloknya dolar di awal tahun depan. Harga dolar yang saat ini berada di kisaran Rp. 9.400 misalnya, berisiko anjlok menjadi di bawah Rp. 9.200 per dolar. ”Sekarang harga dolar memang tinggi. Tapi belum tentu bertahan sampai awal tahun. Biasanya, harga dolar di awal tahun tiba-tiba anjlok,” keluh perempuan yang juga Wakil Ketua APVA Bali itu.

Risiko kerugian bagi pedagang valuta asing, menurut Ayu, menjadi jauh lebih besar karena perbankan tutup di akhir tahun. Akibatnya, pedagang valas terpaksa menjual dolarnya di awal tahun. ”Kita jual Januari, harganya bisa anjlok. Berisiko sekali,” cerita Ayu. Padahal, transaksi penukaran yang harus dilayani di masa libur akhir tahun cenderung meningkat di bandingkan hari biasa.

Untuk mencegah kerugian yang lebih besar, sejumlah pedagang valas terpaksa melakukan antisipasi dengan menaikkan split kurs. Split kurs merupakan selisih antara kurs riil dengan kurs yang diberikan kepada konsumen. Ayu menjelaskan, split kurs yang biasanya diambil pedagang valas pada kondisi normal hanya sekitar lima sampai 10 poin. Pada akhir tahun ini, para pedagang valas melakukan antisipasi dengan menaikkan split kurs menjadi 75 sampai 100 poin.

Aksi menaikkan split kurs terpaksa dilakukan pedagang valas untuk mengurangi risiko kerugian di awal tahun. ”Karena kalau nggak begitu, nanti waktu kita jual Januari harganya sudah turun. Harganya jadi tidak sesuai dengan pasar. Rugi dong kita,” ujarnya.

Menanggapi aksi pedagang valas menaikkan split kurs, Pemimpin Bank Indonesia Denpasar, Viraguna Bagoes Oka, mengingatkan agar pedagang valas tidak merugikan konsumen. Menurutnya, menaikkan split kurs sampai 100 poin merupakan aksi yang tidak seharusnya dilakukan dengan alasan apapu. Tidak terkecuali dengan alasan aktivitas perbankan yang tutup. ”Mestinya tidak begitu. Pedagang valas harus tetap ikuti mekanisme pasar. Mekanisme pasar kan sudah ada. Bank sentral sudah memberi sinyal terkait berapa kurs yang dipakai. Itu saja ikuti,” tegasnya.

Sebagai destinasi wisata dunia yang banyak dikunjungi wisatawan asing, transaksi penukaran valas di Bali lumayan tinggi. Data Bank Indonesia Denpasar menyebutkan, total transaksi penukaran valas di Bali selama 2006 mencapai USD 563,882. Jumlah tersebut naik tipis 6,43 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya USD 529.804. [ni komang erviani]



Transaksi Valas di Bali

Tahun Nilai Transaksi (dalam USD) Peningkatan
2002 754.211
2003 1.232.521 63,42 %
2004 641.165 -47,98 %
2005 529.804 -17,37 %
2006 563.882 6,43 %

Tidak ada komentar: