Google
 

Sabtu, 29 Desember 2007

Inflasi Ancam Ekonomi 2008

DENPASAR (SINDO) – Lonjakan inflasi mengancam sektor perekonomian nasional pada 2008 mendatang. Inflasi Indonesia pada 2007 yang mencapai 6,7%, diperkirakan akan makin melonjak di 2008 hingga menembus angka 7 %.

Meningkatnya inflasi dipicu oleh meningkatnya harga-harga bahan pangan. Pengamat ekonomi Faisal Basri menjelaskan, kenaikan harga pangan disebabkan karena menipisnya cadangan komiditas pangan di pasaran. “Ancaman inflasi sudah di depan mata,” ujar Faisal Basri dalam sebuah seminar tentang prospek ekonomi 2008 di Denpasar kemarin

Dikatakan Faisal, produsen beras dunia saat ini ragu menyalurkan berasnya ke pasar internasional karena cadangan beras yang makin menipis. Hal tersebut berisiko pada makin melambungnya harga beras di pasaran dunia.

Ironisnya lagi, banyak kebutuhan-kebutuhan pangan di Indonesia yang mengandalkan impor seperti terigu dan kedelai. Konsumsi terigu misalnya, kini sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia. Padahal stok terigu dunia saat ini makin menipis. ”Sayangnya, masyarakat kita sudah tergantung pada terigu yang harus diimpor. Sementara stok terigu dunia sekarang sudah turun drastis dan kini berada pada stok terendah dalam 60 tahun terakhir,” jelas Faisal.

Inflasi yang meninggi berisiko pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Pasalnya, pendapatan masyarakat dikikis oleh kenaikan harga-harga.

Kenaikan inflasi pada gilirannya juga akan menaikkan suku bunga. Bila suku bunga naik, maka dipastikan nilai investasi akan makin merosot. ”Padahal di tahun 2008 mendatang, kita harus tingkatkan investasi,” tegasnya.

Pertumbuhan ekonomi nasional diakui Faisal akan naik ke kisaran 6,4–6,5 %. Lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun 2007 ini yang berkisar 6,4–6,5%. Namun pertumbuhan ekonomi nasional saat ini masih mengandalkan sektor konsumsi dan ekspor. Sektor investasi masih memberikan andil yang sangat minim terhadap pertumbuhan ekonomi, yakni di bawah 10 . ”Ini masih mengkhawatirkan. Diharapkan pertumbuhan sektor investasi jadi double digit tahun depan,” ujar mantan Ketua KPPU tersebut.

Harga minyak dunia yang terus melambung, menjadi tantangan lain bagi ekonomi nasional 2008. Apalagi, Indonesia termasuk negara yang paling boros dalam konsumsi minyak. Untuk memproduksi satu unit output misalnya, energi yang digunakan industri di Indonesia lima kali lipat lebih besar dibandingkan industri du Jepang. “Harga minyak tidak akan menjadi beban bila bangsa ini mau berhemat energi,” terangnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Bali, Panudiana Kuhn, menilai pertumbuhan ekonomi di 2008 masih cukup prospektif bagi sektor usaha. Meski demikian, para pengusaha menurutnya harus melakukan merger untuk membangun usaha dengan permodalan yang kuat. Dengan demikian, pengusaha nasional mampu meningkatkan persaingannya dengan pengusaha asing. ”Pengusaha harus bersatu padu untuk menghadapi persaingan di 2008,” tegasnya. [ni komang erviani]

Tidak ada komentar: